The Price of Confession Episode 9 membawa penonton menyelami masa lalu yang kelam, sekaligus menghadirkan ketegangan yang semakin rapat di garis waktu masa kini. Episode ini menjadi titik penting dalam perkembangan karakter Mo Eun—atau Kang So-hae—yang perlahan berubah dari sosok dingin dan tertutup menjadi seseorang yang digerakkan oleh luka, kehilangan, dan dorongan balas dendam.
Dengan ritme yang intens, episode ini memadukan trauma masa lalu, kejar-kejaran, serta permainan identitas yang makin berbahaya.
Kilas Balik ke Tahun 2019: Awal Luka Kang So-hae
The Price of Confession Episode 9 dibuka dengan kilas balik ke musim panas tahun 2019. Saat itu, Kang So-hae—yang kini dikenal sebagai Mo Eun—sedang bekerja sebagai relawan medis di sebuah kamp pengungsi di Thailand. Kehidupannya di sana tampak sederhana, penuh dedikasi, dan jauh dari intrik gelap yang kini mengelilinginya. Di sela-sela kesibukannya, So-hae masih menyempatkan diri menelepon adiknya, So-mang.
Dalam salah satu panggilan tersebut, So-mang dengan antusias memperkenalkan seorang teman baru bernama Hui-yeong kepada So-hae. Percakapan mereka terasa hangat dan normal, seolah hidup masih berjalan sebagaimana mestinya. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.
Ketika pandemi Covid-19 mulai melanda, situasi di kamp pengungsi berubah drastis. Beban kerja meningkat, tenaga medis kelelahan, dan komunikasi dengan dunia luar menjadi semakin terbatas. Dalam kondisi kacau itu, So-hae tidak sempat membalas pesan dari So-mang. Sebuah keputusan kecil yang kelak menjadi penyesalan seumur hidup.
Tak lama kemudian, So-hae sendiri jatuh sakit dan harus menjalani karantina ketat. Terisolasi, lemah secara fisik, dan terputus dari keluarganya, ia sama sekali tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di rumah.
Kabar Kematian yang Menghancurkan Segalanya
Saat akhirnya So-hae sadar dan kembali memeriksa ponselnya, ia mendapati puluhan notifikasi yang tak terbaca. Di antara pesan-pesan itu, terdapat sebuah video dan kabar yang mengubah hidupnya selamanya: adiknya, So-mang, telah meninggal dunia. Lebih menyakitkan lagi, sang ayah juga menyusul meninggal tak lama setelahnya.
Kehancuran emosional So-hae digambarkan dengan sangat menyayat. Ia menjerit, menangis, dan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Namun tragedi tidak berhenti di sana. Karena pembatasan perjalanan akibat pandemi, So-hae tidak diizinkan pulang ke Korea. Ia benar-benar terjebak—secara fisik dan mental—di tempat asing, tanpa kesempatan mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang paling ia cintai.
Dalam keputusasaan, So-hae mencoba melawan. Ia bahkan harus ditahan secara paksa demi mencegahnya menyakiti diri sendiri. Dalam proses itu, ia justru terluka. Seorang temannya berusaha membantunya pulih, tetapi luka batin yang ia alami terlalu dalam untuk disembuhkan dengan cepat. Dari titik inilah, benih perubahan dalam diri So-hae mulai tumbuh.
Kembali ke Masa Kini: Percobaan Bunuh Diri Hui-yeong
Alur cerita kembali ke masa kini, tepatnya di dalam penjara. Hui-yeong—nama yang sebelumnya muncul di masa lalu—mencoba mengakhiri hidupnya. Situasinya sangat genting, namun para penjaga berhasil tiba tepat waktu untuk mencegah tragedi tersebut.
Meski nyawanya terselamatkan, Hui-yeong mengalami cedera parah di bagian kaki. Pembuluh arteri di kakinya pecah, menyebabkan pendarahan hebat yang tidak mampu ditangani oleh dokter penjara. Dalam kondisi darurat ini, Petugas Eom terpaksa mengambil keputusan berisiko: mengizinkan Mo Eun turun tangan memberikan pertolongan medis.
Mo Eun, dengan keahlian medisnya, melakukan tindakan darurat untuk menstabilkan kondisi Hui-yeong. Berkat intervensinya, nyawa Hui-yeong berhasil diselamatkan. Namun konsekuensinya besar—karena Mo Eun terlibat langsung dalam prosedur medis, Petugas Eom tidak punya pilihan selain membawa Mo Eun ikut ke rumah sakit bersama para tahanan.
Keputusan ini menjadi awal dari serangkaian peristiwa berbahaya yang akan menyusul.
Polisi Menyisir Rumah Yun-su
Sementara itu, di lokasi lain, pihak kepolisian menggerebek rumah Yun-su. Dong-hun bersama rekannya, Tuan Hwang, menemukan tanda-tanda jelas bahwa Yun-su baru saja terlibat perkelahian. Penyelidikan mereka semakin serius ketika ditemukan barang bukti penting: pisau, kamera, serta pakaian yang digunakan Yun-su pada malam percobaan pembunuhan terhadap Se-hun.
Temuan ini menguatkan dugaan bahwa Yun-su terlibat jauh lebih dalam dari yang terlihat sebelumnya. Dong-hun tidak berhenti sampai di situ. Ia melanjutkan penyelidikan ke kantor Jeong-gu, mencoba menghubungkan potongan-potongan informasi yang berserakan.
Panggilan Telepon yang Membocorkan Segalanya
Di tengah pencarian tersebut, Jeong-gu menerima sebuah panggilan telepon dari Yun-su. Dalam percakapan itu, Yun-su meminta Jeong-gu untuk berbicara dengan Mo Eun dan memohon bantuannya. Sayangnya, percakapan ini terdengar oleh Dong-hun.
Seketika, Dong-hun menyadari bahwa Yun-su kemungkinan besar berada di sekitar lokasi tersebut. Polisi pun langsung melakukan penyisiran besar-besaran. Namun Yun-su sekali lagi berhasil lolos, menunjukkan betapa lihainya ia dalam menghindari kejaran hukum.
Pertemuan Tegang di Rumah Sakit
Di rumah sakit, Young-in datang dan meminta berbicara empat mata dengan Mo Eun. Identitas asli Mo Eun yang selama ini tersembunyi kini telah terbongkar. Dengan nada kecewa dan bingung, Young-in menanyakan alasan Mo Eun tidak mengatakan kebenaran sejak awal.
Dalam pertemuan itu, Young-in juga menyampaikan pesan dari Yun-su yang meminta bantuan. Namun jawaban Mo Eun singkat dan tegas. Ia meminta Young-in menyampaikan pada Yun-su bahwa ia telah salah paham.
Setelah percakapan tersebut, Mo Eun meminta izin untuk membersihkan diri di kamar mandi rumah sakit. Permintaan yang tampak sederhana ini ternyata menyimpan ketegangan besar.
Percakapan Rahasia di Balik Tirai Kamar Mandi
Di dalam kamar mandi, terungkap bahwa Yun-su sudah berada di sana, bersembunyi dan menunggu Mo Eun. Rupanya, Mo Eun telah menyadari kehadiran Yun-su sejak beberapa menit sebelumnya. Pertemuan ini menjadi salah satu adegan paling penting dan intens dalam episode ini.
Yun-su langsung menanyakan tentang pembunuh asli Se-hun. Menanggapi hal itu, Mo Eun menceritakan tentang sebuah foto yang pernah ia terima—foto yang diduga berkaitan dengan pembunuhan tersebut. Namun Mo Eun mengakui bahwa ia tidak mengetahui siapa pengirim foto itu.
Percakapan mereka penuh ketegangan, kecurigaan, dan emosi yang tertahan. Yun-su kemudian memperingatkan Mo Eun untuk berhati-hati sebelum meninggalkan kamar mandi.
Pelarian yang Berujung Tragis
Setelah keluar dari kamar mandi, Mo Eun tiba-tiba berubah pikiran. Ia memutuskan untuk melarikan diri. Para penjaga langsung mengejarnya, menciptakan adegan kejar-kejaran yang menegangkan di lorong rumah sakit.
Di saat yang sama, Yun-su berhasil keluar dari gedung rumah sakit dengan menyamar menggunakan pakaian pasien. Keberaniannya mengambil risiko kembali terlihat jelas di sini.
Pencarian Mo Eun berlangsung cukup lama hingga akhirnya Petugas Eom berhasil menemukannya. Saat hendak memborgol Mo Eun, seseorang tiba-tiba menyerang dari belakang dan melumpuhkan Petugas Eom. Penyerang itu adalah Tuan Ko.
Terjadi perkelahian sengit antara Mo Eun dan Tuan Ko. Sayangnya, pertarungan itu berakhir tragis ketika Tuan Ko menusuk Mo Eun menggunakan gunting. Luka itu serius dan mengancam nyawanya.
Akhir Episode: Ancaman Baru
Episode ditutup dengan sebuah panggilan darurat. Seorang perempuan meminta pertolongan dengan suara panik. Setelah itu, adegan beralih ke Yun-su yang diam-diam mengendap-endap di sekitar rumah Tuan Ko. Penutup ini memberikan sinyal kuat bahwa konflik akan semakin memanas di episode berikutnya.
Review Episode 9: Emosi, Risiko, dan Balik Arah Cerita
Episode 9 The Price of Confession adalah perjalanan emosional sekaligus penuh ketegangan. Yun-su kini menjadi buronan, namun caranya menghadapi situasi ini menunjukkan bahwa ia tidak ragu mengambil risiko besar. Loyalitas Jeong-gu terhadap Yun-su terasa mengejutkan, tetapi juga menyentuh.
Sorotan utama episode ini tentu saja latar belakang Mo Eun. Kisah Kang So-hae adalah kisah tentang kehilangan beruntun yang tidak memberi ruang untuk pulih. Akting Kim Go-eun tampil luar biasa dalam menggambarkan keputusasaan, kemarahan, dan kehancuran batin. Penonton diajak merasakan penderitaannya, baik sebagai kakak yang kehilangan adik, maupun sebagai anak yang kehilangan ayah.
Menariknya, hanya dalam satu episode, drama ini berhasil menggeser persepsi penonton terhadap Mo Eun. Dari sosok yang tampak dingin dan nyaris psikopat, ia berubah menjadi figur kakak yang dipenuhi dendam dan rasa bersalah.
Percakapan antara Mo Eun dan Yun-su menjadi puncak emosi episode ini. Meski masih ada ambiguitas mengenai seberapa jauh Yun-su mengetahui kebenaran tentang Mo Eun, dinamika hubungan mereka terasa kompleks dan menarik. Yang jelas, Mo Eun belum sepenuhnya menutup pintu untuk membantu Yun-su.
Secara keseluruhan, alur cerita bergerak maju dengan stabil. Kehadiran Tuan Ko di akhir episode benar-benar membalikkan keadaan dan meningkatkan taruhan cerita. Meski terdapat beberapa keputusan cerita yang terasa “dipaksakan”—seperti ketergantungan dokter penjara pada Mo Eun atau penyamaran Yun-su yang terlalu mudah—misteri tentang pembunuh sebenarnya tetap menjadi daya tarik utama yang membuat penonton ingin terus mengikuti kisah ini.




