The Manipulated Episode 2 membuka cerita dengan suasana suram di balik jeruji besi, menggambarkan rutinitas harian Tae-joong yang kini harus menyesuaikan diri dengan kehidupan penjara yang keras. Jika di episode pertama kita melihat bagaimana ia terseret dalam kasus tragis hingga berakhir sebagai tersangka, maka di episode kedua inilah penderitaan, keputusasaan, dan harapan samar-samar yang tersisa mulai ditampilkan lebih dalam.
Rutinitas Penjara dan Kedatangan Pembela Umum
Sejak pagi hari, penonton langsung diperlihatkan rutinitas monoton yang harus dijalani Tae-joong: bangun pagi, apel, makan, membersihkan sel, bekerja, lalu kembali ke sel. Siklus itu berulang tanpa jeda, seolah-olah waktu tidak bergerak.
Namun tiba-tiba, seorang pembela umum bernama Kim Sang-rak datang menemuinya. Sang-rak mengaku menemukan kejanggalan dalam kasus Tae-joong dan menyatakan ingin membantu membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Demi memanfaatkan peluang sekecil apa pun, Tae-joong mengungkapkan sebuah detail penting: ia ingat meninggalkan gelangnya di kamar sang adik, Tae-jin, pada hari kejadian.
Kim Sang-rak berjanji untuk mengunjungi Tae-jin guna menggali informasi lebih jauh. Pada titik ini, penonton diberi harapan kecil bahwa mungkin kebenaran akan terungkap.
Tekanan dan Kekerasan di Penjara
Namun harapan itu cepat memudar. Tae-joong masih harus menghadapi teror dan kekerasan di penjara. Ia digiring menghadap Yeo Deok-su, bos tak resmi di balik tembok penjara — seorang napi senior yang mengatur segala pergerakan dan membuat narapidana lain tunduk padanya.
Tidak hanya itu, Tae-joong berkali-kali diteror dan diserang napi lain. Kekerasan fisik dan mental menjadi rutinitas tambahan yang harus ia telan tiap hari.
Ketika Kim Sang-rak kembali, bukannya membawa kabar baik, ia justru membawa pukulan terbesar dalam hidup Tae-joong. Ia mengabarkan bahwa Tae-jin, adik yang paling ia cintai dan ingin ia lindungi, bunuh diri. Sang-rak bahkan membawa pesan bahwa adiknya menuliskan dalam catatan terakhirnya bahwa semua tekanan itu “terlalu berat”.
Berita tersebut menghancurkan psikologis Tae-joong. Di tengah rasa bersalah yang menumpuk dan rasa putus asa, ia berulang kali mencoba mengakhiri hidupnya di penjara.
Pertemuan dengan Noh Yong-sik
Di tengah titik terendah itu, muncullah sosok penting: Noh Yong-sik, seorang narapidana yang bekerja sebagai pelayan misa di gereja penjara. Yong-sik memberikan secercah harapan dengan pendekatannya yang lembut. Ia menenangkan Tae-joong, menyemangatinya, dan memberi saran agar ia tetap menjaga dirinya tetap sibuk — entah dengan belajar, berolah raga, atau kegiatan apa pun yang bisa membuat pikirannya tetap bergerak.
Nasihat sederhana itu ternyata menjadi titik balik. Tae-joong mulai berolahraga secara rutin, memperkuat tubuhnya. Ia membaca dan belajar banyak hal, bahkan mengurus kebun kecil di area penjara. Melalui montage yang indah, kita melihat bagaimana dia perlahan tumbuh lebih kuat — meski kekerasan dari narapidana lain tidak pernah berhenti.
Namun yang berbeda adalah: Tae-joong kini tidak lagi sesedih dulu. Ia mulai bangkit.
Montage itu juga memperlihatkan bagaimana ia berhasil meraih berbagai sertifikat studi yang disediakan oleh penjara. Ia membaca Alkitab, membuka diri pada hal-hal yang sebelumnya mungkin tidak pernah ia bayangkan.
Lima Tahun Berlalu — Munculnya Tokoh Misterius
Cerita kemudian melompat lima tahun ke depan. Di luar penjara, penonton diperkenalkan kepada seorang pria misterius bernama An Yo-han. Ia hidup dalam ruangan penuh monitor, seperti ruang komando canggih bergaya Professor X dari X-Men, yang menampilkan ribuan kamera CCTV.
Yo-han sedang melakukan pengawasan besar-besaran dan berbicara melalui telepon kepada seseorang, mengatakan bahwa ia akan “menangani situasinya”. Siapa dia dan apa hubungannya dengan Tae-joong, masih menjadi teka-teki.
Kemunculan singkat ini menambah rasa penasaran, memberi sinyal bahwa ada kekuatan besar yang bergerak di balik kejadian-kejadian yang menimpa Tae-joong.
Kabar Baik, Perpisahan, dan Awal dari Kejanggalan Baru
Kembali ke penjara, seorang penjaga yang baik hati terlihat akrab dengan Tae-joong. Penjaga itu bahkan menitipkan tanaman kepadanya agar ia merawatnya. Di sisi lain, Noh Yong-sik mendekati Tae-joong dan memberikan hadiah kecil: sepotong kue dan gelang yang pernah hilang. Ketika Yong-sik mengatakan bahwa hari itu ia bebas, keduanya saling berterima kasih. Momen perpisahan ini terasa menyentuh karena Yong-sik adalah satu dari sedikit orang yang memberi cahaya bagi Tae-joong.
Setelah Yong-sik bebas, Tae-joong menggantikan posisinya sebagai pelayan altar di gereja penjara.
Tidak lama kemudian, seorang narapidana baru datang dalam kondisi babak belur akibat dipukuli. Merasa empati karena melihat dirinya lima tahun lalu, Tae-joong memberikan sepotong kue dan Alkitab peninggalan Yong-sik.
Pemuda itu akhirnya menceritakan kisahnya — dan yang mengejutkan, ceritanya hampir sama persis dengan Tae-joong. Ia menemukan ponsel, mencoba mengembalikannya, dan berakhir difitnah melakukan kejahatan. Seorang pembela umum datang, lalu kemudian memberitahunya bahwa ibunya bunuh diri.
Cerita itu menghantam Tae-joong keras. Terlalu banyak kebetulan untuk dianggap sebagai kebetulan.
Kematian Misterius dan Konfrontasi dengan Kim Sang-rak
Keesokan paginya, pemuda itu ditemukan tewas. Ia bunuh diri dengan cara menyumpal mulutnya menggunakan halaman Alkitab — metode yang langsung menimbulkan kecurigaan.
Menyadari pola yang sama kembali terjadi, Tae-joong menghubungi Kim Sang-rak dengan alasan ingin memberi informasi baru. Saat berhadapan langsung, ia menekan Sang-rak dengan pertanyaan mengenai kematian pemuda itu dan juga kematian adiknya.
Ditekan terus-menerus, Sang-rak akhirnya secara tidak langsung mengakui bahwa ia terlibat dalam kematian Tae-jin dan ibu dari pemuda itu. Namun ketika ia pergi, Sang-rak membuat panggilan telepon dan memberi tahu seseorang bahwa mereka membutuhkan “pembersihan”.
Kalimat itu saja sudah cukup menjadi sinyal bahwa ada organisasi besar dan berbahaya di balik semua tragedi ini.
Persiapan untuk Balas Dendam
Di akhir episode, Tae-joong menemui pastor penjara dan mengatakan bahwa ia tidak bisa lagi menjadi pelayan altar. Ia tampak punya tujuan baru — dan bukan lagi tentang bertahan.
Setelah itu, ia menarik sebuah paku besar dari bangku gereja. Simbol kecil namun menunjukkan bahwa ia sedang mempersiapkan sesuatu — mungkin awal dari balas dendam atau upaya mengungkap kebenaran yang selama ini tersembunyi.
Review Episode: Ritme Lambat tapi Menyimpan Ledakan
The Manipulated Episode 2 bergerak dengan ritme jauh lebih pelan dibanding episode pertama. Paruh awal cerita banyak menggambarkan tekanan, kekerasan, dan penderitaan yang dialami Tae-joong. Bagi sebagian penonton, bagian ini mungkin terasa terlalu berat dan penuh adegan menyakitkan.
Namun perlu diingat: fase ini sangat penting untuk membangun transformasi karakter Tae-joong.
Kekuatan Episode Ada di Paruh Kedua
Begitu montage perkembangan karakter dimulai, episode ini berubah dari kelam menjadi penuh makna. Transformasi Tae-joong disajikan dengan indah, realistis, dan emosional. Penonton bisa melihat dengan jelas bagaimana ia tumbuh, belajar, dan memperkuat dirinya.
Noh Yong-sik juga menjadi cahaya harapan yang membuat episode ini tidak sepenuhnya gelap. Kehadirannya memberi keseimbangan emosional dan memperlihatkan bahwa bahkan di tempat paling kelam, kebaikan masih bisa ditemukan.
Tokoh Misterius Muncul Singkat namun Berkesan
Kemunculan An Yo-han memang hanya sebentar, tetapi cukup meninggalkan kesan kuat. Ruangan penuh layar CCTV mengisyaratkan scale konflik yang lebih besar dari yang terlihat. Walaupun setup itu sedikit mengingatkan pada X-Men, kehadiran Yo-han tetap memberi rasa penasaran dan menjadi kunci misteri di episode selanjutnya.
The Manipulated Episode 2 mungkin terasa lebih lambat, namun ia berfungsi sebagai pondasi penting. Konflik semakin jelas, misteri makin dalam, dan karakter Tae-joong memasuki fase perkembangan besar. Semua ini menjadi persiapan menuju ketegangan yang lebih besar di episode-episode berikutnya.
The Manipulated Episode 1 | The Manipulated Episode 3