Kita mulai sekarang dengan Sinopsis Drama Korea The Tale of Nokdu Episode 1. Daftar sinopsis lengkapnya bisa kamu temukan di sini.
Seorang pria menyelam lalu menangkap ikan dengan tombak lalu muncul di permukaan. Seorang anak kecil berteriak bahagia memangggil si pria “Sayang!” layaknya pasangan. Jeon Nok Du mengeluh wanita itu memanggilnya sayang lagi.
“Apa ada yang pulang?” tanya Nok Du pada si anak, tapi si anak malah sibuk makan kerang yang diambil Nok Du
“Aeng Du, berhenti makan sebentar. Dengarkan aku dahulu.” Pinta Nok Du, Aeng Du pun berhenti makan dan bertanya ada apa.
“Ada sesuatu yang harus kulakukan di luar pulau ini. Karena itulah aku tidak bisa menikahimu dan tinggal di pulau ini. Jadi, maksudku… Kau harus memberi tahu Tuan bahwa kau dan aku tidak bisa menikah.” Ucap Nok Du memohon.
“Aku tidak mau… Kau berjanji kepada ayahku akan menikahiku.” Kata Aeng Du
“Aku hanya berjanji karena dia tidak mau mengajariku seni bela diri jika tidak
kulakukan.” Kata Nuk Du dan akan mengambil kerang, tapi Aeng Du sudah menahan tangannya dengan tatapan dingin
kulakukan.” Kata Nuk Du dan akan mengambil kerang, tapi Aeng Du sudah menahan tangannya dengan tatapan dingin
“Hei, bagaimana bisa gadis kecil sepertimu sangat kuat?” keluh Nok Du kesal melihat tanganya yang memerah lalu mengumpat kesal.
Saat itu seroang pria datang seperti sedang mabuk, Nok Du pun menyapanya lebih dulu. Hwang Jang Koon pun menyapa Nok Du dengan panggilan calon menantunya. Nok Du dengan ramah memberikan ikan pada Tuan Hwang yang sudah dipanggang.
“Kalian sedang apa? Kelihatannya santai sekali.” kata Tuan Hwang sambil makan ikan bakar
“Ayah, dia bilang tidak akan menikahiku.” Kata Aeng Du, Nok Du panik dan Tuan Hwang pun terlihat marah.
“Dia salah paham terhadapku. Aku hanya mengatakannya karena dia masih sangat muda.” Jelas Nok Du
“Beraninya kau! Jika itu masalahnya, aku baik-baik saja. Kau pria termuda di pulau ini. Karena itu kau sempurna. Itu menjadikan kalian pasangan yang serasi.” Kata Tuan Hwang
Nok Du pun tak bisa melawan, lebih baik setuju saja. Tiba-tiba seorang bibi datang dengan terengah-engah memanggil Nok Du, sambl berteriak kalau Keluarganya dalam masalah besar. Nok Du kaget dan langsung bergegas pergi.
Di sebuah rumah Jeon Hwang Tae duduk terkapar didepan rumah dengan luka di bagian perutnya, sementara Tuan Jung Yeon Joo mencoba melawan orang orang yang sudah mengepungnya. Saat itu Nok Du datang dan langsung melawan dengan semua yang pernah dipelajarinya.
Tapi Nok Du terlihat kewalahan melawan semuanya, tiba-tiba semua dilumpuhkan hanya dengan satu gerakan. Tuan Hwang bisa melumpuhkan semua dengan cepat. Nok Du memastikan kedaaan kakak dan juga ayahnya, lalu hanya tinggal satu orang yang tertinggal.
“Kenapa kau di sini?” tanya Nok Du yang sudah melumpuhkan dengan pisaunya, tapi Tuan Jung malah menahan Nok Du dan menyuruh si prajurit pergi.
“Tidak… Ayah.. Mereka berusaha menyakiti kita.” Ucap Nok Du marah. Tuan Jung menegaskan kalau Tidak ada gunanya.
“Kita bisa meninggalkan pulau ini. Jangan mencari tahu lebih banyak.” Kata Tuan Jung
“Apa maksud Ayah? Aku tidak bisa membiarkan mereka pergi begitu saja.” Ucap Nok Du
“Nok Du… Jika kita pergi, ini akan hilang.. Lupakan saja soal ini.” Kata Tuan Jung
“Ayah… Aku tahu semuanya.. Ini semua karena…” ucap Nok Du akan mengejar pergi.
“Itu karena ayah. Itu karena ayah melakukan kejahatan. Jadi…” kata Tuan Jung.
“Tidak. Ini semua karena aku. Kita menjalani hidup ini dengan bersembunyi di pulau ini, lalu kita akan kabur lagi, dan Ibu harus menghadapi kematian karena… Itu semua karena aku.” Ucap Nok Du marah
Nok Du menghampiri Hwang Tae, yang sedang bersama Tuan Hwang memastikan kalau Kakak baik-baik saja. Tuan Hwang melihat lukanya tidak dalam lalu memberitahu Nok Du, kalau cara mereka menggunakan pedang membuatnya yakin mereka pembunuh bayaran terlatih.
“Siapa yang mengirim mereka?” ucap Tuan Hwang. Akhirnya Nok Du berdiri meminta agar Tuan Hwang agar jaga ayah dan kakakku.
“Nok Du… Apa maksudmu? Kau lihat pembunuh itu mencoba bunuh diri,kan? Meski kau membalas mereka, kau tidak akan dapat jawabannya. Jadi, kau harus mengikuti pembunuh itu dan menemukan pemimpinnya. Aku akan membawa ayahmu dan Hwang Tae ke kampung halamanku.” Ucap Tuan Hwang. Nok Du mengangguk mengerti.
Hwang Tae mencoba mencari tahu tentang orang-orang yang menyerahnay dan kaget mengetahui kalau dibalik penutup wajahnya adalah seorang wanita. Sementara Nok Du berlari melewati pantai.
Di pasar terdengar beberapa pria dengan kuda menyuruh semua minggir dan memberi jalan untuk Yang Mulia. Semua pun menyingkir, Nok Du masih terus mengejar si pria dengan pakaian merah dan berjalan pincang. Dong Dong Ju melihat raja berjalan dengan tandu.
Dong Ju melihat Raja yang pas di depanya dan akhirnya melepaskan panahnya. Si raja terkena panah di dadanya, semua perjurit kaget melihat Raja yang terkena panah lalu akhirnya berlari pada Dong Joo dan langsung mengepung dengan pedangnya.
Dong Joo seperti pasrah, tapi ternyata itu hanya khayalan. Ia pun sudah siap melepaskan panah, tapi tak sengaja Nok Du menjatuhan burus panahnya. Nok Du merasa bersalah, ingin mengambilkanya. Dong Joo langsung mendorong dan langsung menyembunyikanya.
Nok Du tak bisa marah memilih untuk mengejar si pria yang mencoba menyerangnya. Dong Joo pun mengeluh kesal karena sudah terlambat lalu mencoba celah lain agar menyerang raja, tapi seorang pria sudah menyerang raja dengan melempar batu.
“Matilah! Ini pesanku untuk Raja. Batu yang kulempar ini adalah batu yang kamu gunakan untuk mengubur putraku. Ini juga batu yang kau gunakan untuk membunuh cucuku.” Teriak si pria. Dong Ju kaget melihat pria tua yang berani menghadang raja.
“Tangkap dia!” teriak kepala prajurit. Si pria berteriak kalau Raja sudah menghancurkan ratusan rumah mereka.
“Kau menginjak-injak orang tidak berdosa. Kau membangun istanamu. Yang Mulia apanya? Kau bukan Raja…” teriak si pria yang langsung ditangkap oleh prajurit.
“Dia pasti punya komplotan. Cari mereka.” Ucap Raja. Semua prajurit mengerti dan langsung mencar komplotanya.
“Periksa sekeliling! Tangkap semua yang kalian lihat.” Perintah panglima, semua orang berteriak ketakutan. Dong Joo membuang semua busur panah miliknya. Dan prajurit bisa menemukan panah.
Dong Joo yang dianggap pria pun dibawa oleh prajurit tanpa melawan. Nok Du terus melihat si pria masuk ke dalam ruangan, tapi seorang pasukan kerajaan menghadangnya. Nok Du berteriak meminta dilepaskanya. Dan seorang ketua melihat Nuk Du yang mencoba merontah.
“Sebaiknya kau dengarkan… Di sana! Ada yang bersembunyi di sana juga! Lihatlah sendiri!” teriak Nok Du.
Si kepala prajurit mencoba melihat didalam ruangan, tapi panik melihat seorang wanita yang sedang berganti pakaian. Nok Du melongo kaget melihat seorng wanita yang keluar tapi yakin kalau ia adalah pelaku karena kakinya yang pincang.
Akhirnya semua yang dianggap komplotan ke bagian hakim, lalu diamasukan penjara. Nok Du mengeluh karena nyaris berhasil. Dong Ju masuk penjara melihat Nok Du langsung menyalahkan karena kehilangan dia dan ingin tahu siapa sebenarnya Nok Du..
“Tunggu. Bukankah kamu…” ucap Nok Du bingung. Dong Joo masih terus menyalahkan Nok Du. Nok Du mengumpat kesal.
“Untuk apa matamu? Kenapa kau menabrakku?”teriak Dong Joo
“Jika matamu baik-baik saja, kenapa tidak menyingkir? Karena kau, aku telah menghancurkan tugas penting.” Balas Nok Du.
Aku tidak bisa bicara dengan si bodoh ini.” Kata Dong Joo, Nok Duk tak terima dianggap “Bodoh”
“Hei, berapa usiamu? Jawab… Aku lahir di Tahun Ular. Bagaimana denganmu?” ucap Nok Du
“Tahun Ular, ya? Pada tahun itu, aku menguasai “Thousand-Character Classic” dan menghafal teks Konfusianisme, lalu kenapa? Beraninya kamu.” Teriak Dong Ju
Penjaga berteriak marah menyuruh agar mereka diam, akhirnya Dong Joo pun duduk lemas tak ingin berdebat lagi, lalu melihat sesuatu yang aneh dibawah pintu penjara.
Malam hari, semua orang sudah tertidur. Dong Ju memastikan Nok Du sudah tertidur pulas. Ia pun mencoba bangun, tiba-tiba penjaga yang tertidur tiba-tiba terbangun. Dong Ju panik tapi si penjaga kembali tertidur, lalu bisa bernafas lega.
Ia mulai mengeser kayu yang bisa terlepas dan mencoba kabur dari celah yang cukup besar, tapi tubuhnya malah menyangkut ditengah karena tak cukup keluar dari bahunya.
“Lihatlah dirimu… Aku sedih karena hanya aku yang menyaksikan ini.” Sindir si Nok Du. Dong Ju mengeluh karena ketahuan.
“Apa kau kaki tangan pria tua itu? Kau akan dibebaskan jika kau tidak melakukan kesalahan besok, jadi, kenapa kau berusaha keras? Jika kamu ketahuan kabur, mereka akan memenggal kepalamu.” Ucap Nok Du menyindir.
“Dia naif atau bodoh?” ejek Dong Ju, Nok Du pikir Dong Joo sdang mengejeknya. Dong Ju mengelak meminta agar menolongnya dengan wajah panik karena penjaga mungkin saja bisa terbangun.
“Apa katamu? Aku tidak bisa mendengarmu.” Ucap Nok Du mengejek, Dong Ju terlihat kesal
“Tuan! Tuan! Tolong keluarkan aku… Kumohon.” Kata Nok Du meminta Dong Ju mengatakan itu.
Dong Ju pun akhirnya terpaksa mengatakan “Tuan, kumohon.” Akhirnya Nok Du pun menarik tubuh Dong Ju lalu masuk kedalam dan langsung berbaring tapi Dong Ju masih tertelungkup.
“Apa yang terjadi? Apa Kau menangis? Sungguh?” ejek Nok Du, Dong Ju mengeluh kalau Nok Du menikmati ini sekarang?
“Tidak terlalu buruk… Setidaknya aku berada di Hanyang.” Ucap Nok Du berbaring
“Astaga, sudah kuduga kamu dari desa. Kenapa kau datang ke Hanyang? Menemui Yang Mulia?” tanya Dong Ju
“Tidak… Aku datang untuk mencari tahu siapa aku sebenarnya.” Ucap Nok Du, Dong Ju tak percaya mendengarnya.
Raja terbangun dari tidurnya, seperti mimpi buruk dan menatap tanganya. Ia teringat saat memegang bayi dipeluknya, tapi tanganya seperti ingin mencekik bayi tersebut. Ia pun menatap tanganya seperti merasa bersalah karena sudah membunuh seseorang.
Nok Du terbangun melihat Dong Ju yang tertidur seperti tak nyaman. Ia menatap Dong Ju sambil menepuknya berkomentar merasa tidak percaya pengecut ini mencoba kabur. Dong Ju terlihat kedinginan, Akhrnya Nok Du melepaskan baju menjadikan selimut untuk Dong Ju.
Pagi hari, Dong Ju terbangun seperti tidurnya sangat nyenyak, saat itu Nok Du pun terbangun dan kaget ternyata mereka tidur saling berdekatan dengan satu jubah bersama. Keduanya langsung berteriak kaget, Nok Du pun makai bajunya.
Seorang pria membuka pintu penjeara menyuruh semua agar ikut denganya. Di kantor hakim sudah banyak orang yang dihukum dengan penuh luka, Junior Menteri hukum memberitahu kalau mereka Kita harus mengikuti hukum dan prosedur wajib.
“Apa Kau yakin ini tidak apa-apa?” tanya Junior. Mentri hukum pikir mereka bahkan tidak tahu kapan panah itu ditembakkan jadi menurutnya itu sangat merepotkan sekali.
Dong Ju gugup melihat semua orang sudah di hukum dengan penjepit dikakinya, Mentri akan melakuan interogasi. Bertanya Siapa dan Dari mana asalnya dan mereka melakukan ini untuk mencatat, jadi meminta agar menjawab pertanyaan.
“Aku Kim Won Sik dari Lembah Jidam.” Ucap Dong Ju berbohong, Mentr ingin tahu Apa yang dilakukan di pasar
“Aku hanya lewat.” Ucap Dong Ju, Mentri tak percaya kalau Dong Ju datang jauh-jauh ke Hanyang dari Lembah Jidam Dan hanya lewat
“Katakan apa yang kau lakukan di sana secara rinci. Jika berbohong, kau tidak akan bisa keluar hidup-hidup.” Ucap mentri.
Dong Ju hanya diam saja, Nok Du pun bingung melihat Dong Ju hanya diam saja. Dong Ju teringat dengan seseorang wanita berkata padanya “Tetaplah hidup, Sayang… Kau harus… Kau harus tetap hidup.”
“Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Beraninya kau! Jawab pertanyaannya!” teriak si mentri. Dong Ju ketakutan karena pedang sudah ada didepan lehernya.
“Astaga… Biarkan aku bertemu Yang Mulia.” Kata Nok Du akhirnya berdiri saat itu Raja mendengarnya yang sedang berdiri tak lebih jauh.
“Ini benar-benar membuat frustrasi. Biarkan aku bertemu dengannya.” Ucap Nok Du berani.
“Beraninya kau! Apa Kau mau mati?” teriak si mentri. Nok Du menegaskan tidak mau mati.
“Meskipun aku mati, biarkan aku bicara dengannya dahulu.” Kata Nok Du, Ass Mentri mengumpat Nok Du sudah gila dan akan mengancam dengan pedang. Mentri menahanya.
“Apa yang membuatmu frustrasi?” tanya Si mentri yang terlihat tenang.
“Jika dia sungguh ingin melawan Yang Mulia, apa menurutmu dia akan melempar batu seperti itu? Begitu pula dengan panah. Anda bahkan tidak tahu kapan dan siapa yang menembakkannya. Semua orang di negari ini akan membicarakan hal ini.” Kata Nok Du.
“Anda menangkap ratusan orang tidak bersalah hanya karena pria tua yang kehilangan putra dan cucunya karena pembangunan istana. Tapi apakah ini cara terbaik untuk memanfaatkan kami?” ucap Nok Du.
“Apa? “Memanfaatkan”?” kata mentri tak percaya mendengarnya, Nok Du membenarkan ucapanya.
“Jika aku menjadi Yang Mulia, maa aku akan menaruh rumput di makam putra dan cucu pria tua itu bukan melakukan hal tidak penting seperti ini. Aku akan menunjukkan betapa murah hatinya diriku.” Ucap Nok Du
“Itukah yang akan kau katakan kepada Yang Mulia?” tanya Mentri. Nok Du membenarkan.
“Aku berniat memberitahunya bahwa dia setidaknya harus berpura-pura. Siapa tahu? Orang mungkin akan tersentuh karena itu dan berusaha keras membangun istana.” Ucap Nok Du
“Ide yang dangkal.” Komentar Raja yang jahat, Mentri yang ada disampingnya pun memutuksan akan menyuruh mereka menyingkirkannya.
“Tidak… Perkataannya ada benarnya.Mungkin dangkal, tapi masuk akal. Dia mengatakan bahwa rakyat negeri ini mungkin mulai menyukai Raja yang tidak kompeten.” Kata Raja. Mentri pun memikirkan sesuatu.
“Ya… Mari kita berpura-pura. Tapi jangan ampuni pria yang melempar batu itu.” Kata Raja. Mentri pun menganguk mengerti.
Akhirnya semua dibebaskan, Nok Du dengan bangga keluar dari pintu dengan Dong Ju lalu menepuk pundaknya. Dong Ju kaget melihat Nok Du yang sudah ada di belakangnya. Nok Du tahu kalau Dong Ju pasti bersyukur.
“Jadi, izinkan aku meminta bantuanmu.” Ucap Nok Du, Dong Ju bingung apa itu
“Apa Kau suka sup nasi? Apa Kau punya uang?” tanya Nok Du, Dong Ju kesal seperti dimanfaatkan akhirnya melepaskan tangan Nok Du.
Nok Du mengeluh dengan sikap Dong Ju, seorang wanita tiba-tiba berjalan ke arah mereka seperti ingin mengeluarkan pisau dari tubuhnya. Ia langsung mendorong Dong Ju agar tak terkena pisau, Dong Ju kaget sampai terjatuh di tanah.
Tapi ternyata si wanita hanya mengeluarka sapu tangan karena akan bersin. Dong Ju mengeluh kesal melihatnya. Dong Ju terlihat malu karena sudah salah sangka.
“Kau sangat lemah untuk ukuran pria. Bagaimana kau akan mencari nafkah?” ejek Nok Du melihat Dong Ju yang terjatuh.
“Apa katamu? Kau menghancurkan segalanya dengan menghalangiku. Kau membual untuk seseorang yang memohon semangkuk sup nasi.” Eje Dong Ju
“Aku tidak memohon kepadamu Aku memberimu kesempatan untuk membalasku. Lagi pula, jika aku tidak membantumu, kau pasti sudah dimakamkan sekarang.” Kata Nok Du.
Dong Ju tiba-tiba teringat kalau meninggalkan surat di dalam kamarnya.
“Oh… Wasiatku! Bagaimana ini? Wasiatku.. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Jika kita bertemu, aku janji akan memberimu pelajaran.” Teriak Dong Ju lalu bergegas pergi.
“Suaranya keras sekali untuk seorang pengecut dan lemah. Tapi di mana aku akan menemukan wanita ini? Tapi mungkin bukan hanya aku yang mencarinya.” Kata Nok Du berjalan pergi.
Seorang wanita sedang mengomel didepan rumah sambil melempar garam agar Jangan makan jika bangkrut dan jangan selalu datang ke sini. Si pria terlihat pengemis meminta wanita itu jangan bersikap jahat dan minta nasi sisa
“Aku lebih baik membusuk saja. Aku tidak akan memberimu apa pun. Enyahlah!” teriak si wanita. Nok Du yang akan masukpun terkena lemparan garam.
“Beri aku kamar. Aku akan bermalam di sini.” Ucap Nok Du setelah si pria akhirnya pergi
“Apa Kau punya uang?” tanya si bibi tak percaya, Nok Duk mengaku pasti punya dengan wajah sangat yakin.
“Aku juga akan makan malam, jadi, aku akan membayarmu.” Kata Nok Du, Si wanita langsung bersikap baik menyuruh Nok Du masuk.
Nok Du tinggal di “Penginapan” wajahnya terlihat gugup lalu menyuruh seseorang masuk saja. Tatapan mengarah ada pintu seperti ada orang yang mengikutinya dan datang menemuinya. Tapi ia mengingat saat masih kecil.
“Datanglah… Jadi, aku bisa mengakhiri ini dan menemui ayah dan kakakku.” Ucap Nok Du
Flash Back
Nok Du dibawa masuk oleh ayahnya ke dalam kamar, kaki mereka pun terluka seperti terkena hukuman. Sang ayah memarahi Hwang Tae karena sudah pernah bilang harus menghentikan Nok Du naik kapal. Hwang Tae hanya bisa tertunduk meminta maaf.
“Kenapa tidak? Aku tidak boleh belajar membaca atau naik kapal. Aku ingin membaca buku dan mendayung perahu juga. Kenapa aku tidak bisa melakukan hal itu?” teriak Nok Du melawan ayahnya.
“Kau belum jera. Apa dipukul akan membuatmu kapok?” teriak sang ayah.
Akhirnya Nok Du hanya bisa tidur tertelungkup, ibunya memberikan obat untuk anaknya yang terlihat banyak luka sabetan di kakinya.
Pemilik memanggil Nok Du didalam kamar, Nok Du sempat panik berpikir prajurit, tapi mendengar suara pemilik bisa sedikit teang. Pemilik membawa meja makan mengaku Seorang pelanggan pergi tanpa menyantap makanan ini.
“Apa Kau mau memakannya? Kau belum makan malam.” Ucap Si pemilik Nok Du mengaku baru mau tidur.
“Makanlah. Akan kuberikan ini secara gratis.” Kata si pemilik, wajah Nok Du langsung sumringah mendengar gratis
“Terima kasih. Aku akan menikmati makanannya.” Ucap Nok Du dan si pemilik terlihat menatap dingin pada Nok Du.
Beberapa saat kemudian Nok Du merangkak keluar dari kamar, seperti makanan sudah diracun. Nok Du akhirnya berjalan terhuyung, si wanita yang menyamar jadi pria ternyata berkerja sama dengan pemilik.
Nok Du berjalan terhuyung-huyung, Si wanita sudah siap menyerangnya. Tapi penjaga datang memberitahu kalau sekarang sudah tengah malam dan mau ke mana. Nok Du sudah tak bisa bertahan akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
Si wanita mengamatinya pun langsung bersembunyi, Petugas berpikir kalau Nok Du suda mati jadi menyuruh agar temanya agar memanggil kepala. Si Wanita akhirnya kembali ke penginapan. memeriksa kamar yang sudah kosong dan Nok Du menghabiskan semua minuman.
“Kau bilang akan membayarku lima Yang untuk ini.” Kata si pemilik, si wanita malah membunuh si wanita dengan pedangnya.
Prajurit akhirnya datang membawa kepala, lalu membuka tikar tapi yang didalam bukan Nok Du tapi prajurit lain yang sudah tak sadarkan diri. Si Prajurit menangis melihat Chil Bong matin dan Nok Du kabar. Nok Du pun mengikuti si wanita yang berjalan masuk ke hutan.
“Baik. Aku akan mengikutimu dan melihat siapa pemimpinmu.” Ucap Nok Du berjalan mengikutinya dari belakang, seperti orang yang sangat cerdik.
Bersambung ke Sinopsis Drama Korea The Tale of Nokdu Episode 2.