Wang Dae Ryook terpekur sendirian di ruangannya. Ia masih memikirkan kata-kata yang sudah didengarnya. Pertama, dari Pak Kang. Bahwa pak Kang sendiri merasa heran, kenapa dia tidak ingat momen pembunuhan itu. Hal terakhir yang diingatnya adalah, dia pingsan. Saat mengantarkan makanan untuk Do Ran, Dae Ryook juga sempat mendengar apa yang dikatakan bapak tua itu. Ia mendengar, bapak tua itu mengatakan bahwa semua salahnya. Berkali-kali bapak tua itu minta maaf, karena dia sudah membuat Pak Kang melalui banyak kesulitan.
“Ini aneh. Sangat aneh.”
Dae Ryook mengambil ponselnya, dan menelpon.
“Ini aku. Aku mau meminta tolong. Kasus pembunuhan 30 tahun lalu… Ya, bisakah kamu mencarikan catatan persidangan dan detail kasusnya?”
***
Mi Ran sedang menemani Go Rae berjalan-jalan di halaman rumah sakit.
“Kamu sudah cukup berolahraga untuk hari ini. Ayo.” kata Mi Ran.
“Apa? Mari berjalan-jalan lagi di sekitar taman.” jawab Go Rae
“Kamu harus pelan-pelan. Jangan terlalu lelah. Mari berjalan perlahan di sekitar sini saja.”
“Mi Ran, apa kabar dia? Dia sungguh baik-baik saja?” tanya Go Rae tiba-tiba.
“Pak Kang? Tentu, dia sudah dipulangkan.” agak tergagap Mi Ran menjawab.
“Jika dia di rumah sakit ini, aku mau berterima kasih.”
“Kita bisa melakukan itu setelah kamu dipulangkan. Kita akan berterima kasih kepadanya nanti.” sahut Mi Ran
“Baik, mari lakukan itu.”
Mereka berjalan lagi. Mi Ran melihat Do Ran baru masuk. Begitu juga Do Ran, yang langsung menundukkan mukanya. Teringat ucapan ibu mertuanya untuk merahasiakan keadaan Pak Kang, Mi Ran langsung mengajak Go Rae berjalan ke arah lain, agar ia tidak bertemu Do Ran.
“Go Rae, mari ke sana.”
Agak kaget Go Rae menjawab, “Apa? Baik…” katanya sambil berbalik mengikuti Mi Ran.
Do Ran hanya berdiri memandang mereka berdua. Sesekali, Mi Ran menoleh memandang kakaknya dengan penuh penyesalan, penuh permintaan maaf. Melihat muka sedih adiknya, Do Ran hanya menganggukan kepalanya sedikit, menyuruh adiknya pergi. Ia lalu berjalan masuk ke rumah sakit.
Saat berjalan di lorong rumah sakit, Mi Ran mengejar sambil memanggilnya, “Kak….”
Do Ran menoleh, “Mi Ran.”
“Maaf Kak. Go Rae belum tahu soal Pak Kang. Karena itulah aku pergi ke arah berlawanan. Maaf.”
Do Ran tersenyum, “Jangan khawatir. Sampai Go Rae pulih, kita akan merahasiakannya.”
“Kakak tidak apa-apa. Apa kata dokter? Ada kabar baru?” kata Mi Ran penuh terima kasih sambil bertanya.
“Ya, dia hanya bilang kita harus menunggu.”
“Kak. Go Rae baru saja bertanya bagaimana kabar Pak Kang. Aku bilang dia sudah pulih dan dipulangkan.” kata Mi Ran lagi.
Do Ran tersenyum, “Ayah kakak akan segera siuman seperti katamu. Kamu tidak perlu merasa bersalah. Kembalilah ke Go Rae.”
“Baik. Aku yakin Pak Kang akan segera sadar. Tetaplah kuat.”
“Maaf, Kak..”
***
“Ayah, aku baru saja melihat Go Rae berjalan-jalan di lobi. Dia sudah baik-baik saja. Dia tampak sehat juga. Aku senang Go Rae sudah pulih.” kata Do Ran kepada ayahnya yang masih terbaring tak sadar.
“Ayah. Aku amat bangga dengan Ayah. Ayah menyelamatkan nyawa seseorang yang hampir mati. Tidak ada di dunia ini yang lebih berharga daripada ini. Sekarang… Ini saatnya Ayah bangun. Tetaplah kuat. Ayah pasti bisa.”
***
“Aku tiba.” saat tiba, ia melihat kakaknya tertawa-tawa sendiri.
“Apa yang amat lucu?” tanyanya.
“Hong Joo, lihat itu. Bukankah itu lucu?” kata Hong Shil sambil menunjuk televisi di depannya.
“Begitu rupanya. Bagus untuk Kakak. Kuharap aku bisa tertawa.”
“Apa?” seperti tersadar, Hong Shil segera mematikan TV. Go Rae dan Mi Ran masuk.
“Hai, Bi.”
“Hai, bagaimana perasaanmu?”
“Aku baik-baik saja.”
“Kenapa lama sekali hari ini?” tanya Hong Shil.
“Kami berjalan-jalan di sekitar taman dan di lobi. Go Rae kini sudah jauh lebih baik.” jawab Mi Ran tersenyum senang.
“Berkat kamu, dia pulih.” kata ibu mertuanya.
“Tidak perlu sungkan.” jawab Mi Ran malu-malu.
“Senang melihatmu, Go Rae. Bibi pergi dahulu.” kata Hong Joo.
“Bi, kenapa pergi cepat sekali? Tinggallah sebentar.”
“Apa maksudmu? Kamu kelelahan. Istirahatlah.” jawab ibunya cepat.
“Sampai jumpa, Go Rae.” kata Hong Joo kemudian pergi. Hong Shil segera mengejarnya ke luar.
“Kurasa ada sesuatu dengan Bibi. Mungkin…”
“Jangan konyol. Dia berusaha memberikan kita waktu berdua.” kata Mi Ran.
“Benarkah?”
“Ya.”
“Hong Joo.” panggil Hong Shil.
“Hei. Kemari. Kita harus bicara.”
“Ada apa?”
“Kemari.”
“Hong Joo…. Jangan kemari lagi. Kakak mohon.” kata Hong Shil.
Hong Joo heran, “Kakak tidak mau aku datang menemui Go Rae? Kakak khawatir Go Rae tahu Pak Kang belum siuman? Baiklah kalau begitu.”
“Hong Joo… Bukan begitu… Kamu mendaftarkan pernikahanmu karena Go Rae. Selama berhari-hari. Kenapa kamu mengunjungi Pak Kang setiap hari?”
“Kak. Apa maksud Kakak?”
“Kakak juga mensyukuri perbuatannya. Maaf atas kejadian yang menimpanya. Kakak yang akan berterima kasih dan meminta maaf kepadanya. Jadi, kamu tidak perlu mengunjunginya lagi. Kakak akan memeriksa kabarnya.” kata Hong Shil.
Hong Joo jadi semakin tidak mengerti, “Aku sampai tidak tahu harus ngomong apa… Kak… Kakak mungkin mengira pernikahan kami hanya demi Go Rae, tapi tidak peduli apa kata orang, kami sudah menikah. Pak Kang adalah suamiku dan aku istrinya!” kata Hong Joo dengan nada meninggi.
“Hong Joo….”
“Lepaskan. Aku harus pergi mengurus suamiku.” jawab Hong Joo cepat sambil mengibaskan tangannya, lalu pergi dari situ.
Hong Shil hanya menatap kepergiannya dengan raut sedih.