Mak Lampir memasuki kamar anaknya. Ia mendapati kamar itu kosong melompong. Si emak heran,
“Astaga. Apa Dae Ryook tidak pulang kemarin malam?” tanyanya. Ia segera menelpon putra tercintanya. Dae Ryook saat itu masih dalam perjalanan. Ia ada di mobil.
“Ya, Ibu.” jawab Dae Ryook mengangkat telpon emaknya.
“Hei. Kamu di mana? Di mana kamu semalam? Kamu bersama Do Ran?”
“Ya, aku di rumah sakit.” jawab Dae Ryook
“Dengan Do Ran? Kamu pasti gila. Kenapa kamu di sana?” emaknya mulai berteriak.
“Aku sedang mengemudi. Kututup.”
“Hei, Dae Ryook. Dae … Apa yang harus kulakukan dengannya? Dasar bodoh.” gerutu emaknya. Tiba-tiba telponnya berbunyi. Dilihatnya “Jang So Young” menelpon.
“Hai, So Young. Hari ini? Tentu, aku senggang.”
“Aku ke kantor Dae Ryook kemarin untuk mengajaknya makan malam.” kata So Young.
“Begitu rupanya.” emak menjawab pendek.
“Tapi dia pergi bilang ada urusan dengan ayah mertuanya.” kata So Young lagi.
“Dia bilang begitu? Ayah mertuanya?” tanya mak Lampir.
“Ya. Jadi, aku sedih kemarin. Aku ingin tahu apa dia menemui mantan istrinya lagi.”
“Astaga, So Young, tidak. Kenapa dia begitu padahal sudah bercerai? Tidak. Hubungan mereka sudah benar-benar berakhir.” Mak Lampir cepat-cepat menjawabnya.
“Lantas, kenapa…”
“Masalahnya adalah mantan mertuanya dioperasi besar. Mereka kini tidak berhubungan, tapi dia menjenguknya untuk menunjukkan sopan santun. Kamu mengerti?” emak menjelaskan menurut versinya.
“Ya. Jadi, mereka tidak bertemu?”
“Tentu saja tidak. Kamu tidak perlu cemas soal itu.”
“Baik, aku mengerti.”
“Mari nikmati minuman kita.” kata Mak Lampir sambil mengaduk minumannya dengan gemas.
***
Do Ran tengah duduk sendirian di luar kamar di rumah sakit. Tiba-tiba, datang Tae Pung.
“Do Ran.”
“Tae Pung. Duduklah.”
“Kamu belum makan, ya? Kamu tampak buruk. Aku membuat roti lapis ini hari ini. Cobalah.” kata Tae Pung.
“Terima kasih, dan maaf. Pasti berat bagimu bekerja sendirian.”
“Tidak berat. Aku baik-baik saja. Sudah kubilang tidak perlu cemas soal toko roti. Aku akan mengurusnya.”
“Terima kasih.” jawab Do Ran.
“Makanlah.”
Do Ran membuka roti itu. Belum juga ia memakannya, ia menangis. Melihat ini, Tae Pung mengulurkan tangan, memberikan sapu tangannya.
“Ini.”
Do Ran menerimanya, “Maaf. Ada apa denganku?”
“Tidak apa-apa. Jika mau menangis, menangislah.” kata Tae Pung.
Tiba-tiba emak muncul di situ
Melihat mak Lampir, Do Ran langsung berdiri.
“Ibu.”
“Aku mau bicara denganmu. Aku tidak tahu kamu ada teman.”
“Kamu bisa bicara dengannya. Aku mau pergi.” kata Tae Pung kemudian.
“Hubungi aku jika terjadi sesuatu di toko roti.”
“Baik.” kata Tae Pung yang kemudian meletakkan bungkusan berisi roti lapis itu di kursi. Ia menganggukan sedikit kepalanya pada si emak, dan pergi dari situ.
“Kamu tampak buruk. Pasti berat melihat ayahmu belum sadar. Kudengar operasinya berjalan lancar. Aku yakin dia akan segera siuman… Pasti berat bagimu, tapi kamu harus fokus.”
“Terima kasih, Bu.” kata Do Ran.
“Omong-omong, apa Dae Ryook kemari menemuimu kemarin? Benarkah?”
“Apa?” Do Ran nampak kaget, lalu ia menjawab, “Ya.” kemudian Do Ran menunduk.
“Baik. Aku paham dia mungkin berkunjung karena ini operasi besar. Kalian dahulu pasutri dan ayahmu dahulu ayah mertuanya. Tapi bukan berarti tidak masalah bagi Dae Ryook untuk bermalam di sini denganmu.”
“Maaf, Bu.”
“Orang nanti salah paham. Rumor bisa menyebar juga … Jadi, jika Dae Ryook datang menemuimu lagi, kamu sebaiknya mengusirnya, ya?”
“Baik, Bu.”
“Serta ada lagi. Aku tahu kamu tidak akan mengimpikannya, tapi walaupun keadaan membaik bagimu dan Da Ya karena lever ayahmu, Dae Ryook dan kamu tidak boleh rujuk. Bahkan jangan memikirkannya.”
“Apa?”
“Terimalah ini sebagai uang penghiburan.” kata mak Lampir sambil mengulurkan amplop.
“Tidak, Bu.”
“Ini untuk kesembuhan ayahmu. Terima saja … Jaga dirimu … Aku pergi dahulu.”
Mak Lampir pergi dari situ. Do Ran hanya bisa menangis sedih, sambil memandang amplop itu.
***
“Dae Ryook masih menyukai Do Ran. Apa yang harus kulakukan?” kata Mak Lampir begitu tiba di rumah. Berpikir sebentar, ia segera menemui suaminya. Sambil membawakan minum, ia menuju ruang kerja suaminya.
“Sayang. Kurasa kamu harus melakukan sesuatu soal itu.”
“Apa lagi kali ini?” tanya suaminya.
“Kamu tidak bisa lihat? Ini soal Dae Ryook. Dia pergi menemui Do Ran di rumah sakit dan bermalam di sana.”
Suaminya kaget, “Dia bermalam di sana?”
“Ya.” jawab Mak Lampir dengan nada mulai meninggi.
“Aku juga tidak bisa memukul bokong putra dewasaku. Apa yang harus kulakukan dengan Dae Ryook?” katanya
“Mari tunggu dan lihat. Dae Ryook tidak akan gegabah.” jawab suaminya.
“Sayang. Jang So Young, putri tunggal Grup JS, menyukai Dae Ryook. Dia mau mengencani Dae Ryook, tapi Dae Ryook tidak tertarik dengannya. Dia hanya tertarik mengunjungi mantan istrinya di rumah sakit. Tapi kamu mau sekadar menunggu? Bagaimana jika dia kehilangan So Young?” nada si emak makin tinggi aja..
“Jangan bilang kamu mau Do Ran kembali karena dia mengurus ibumu? Kamu berpikir ulang?” terus mak Lampir.
“Bukan begitu.” jawab suaminya.
“Lantas, kamu harus bicara dengan Dae Ryook. Larang dia menemui Do Ran lagi. Lakukan apa pun.” kata isterinya setengah berteriak.
Ayah Dae Ryook hanya mendesah. Dahinya berkerut.