Baiklah, mari kita teruskan dengan Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 105-106 Part 4. Do Ran langsung berlari ketika ayahnya mengijinkannya pergi mencegah Dae Ryook. Ia menumpang taksi dengan tujuan bandara. Di dalam taksi, ia mencoba menghubungi Dae Ryook. Namun nomornya tidak aktif.
“Dae Ryook, kumohon. Kumohon…” ia terus berusaha menghubungi Dae Ryook.
Sampai di bandara, Do Ran berlarian mencoba menemukan Dae Ryook. Banyak sekali yang lalu lalang, namun ia tidak melihat Dae Ryook. Do Ran kemudian berlari lagi.
Di sisi lain, Dae Ryook bangkit dari tempat duduknya. Ia bersiap untuk boarding. Ada senyum kesedihan di wajahnya. Ia berjalan cepat. Dan … ia terpana. Di depannya, ia melihat wanita yang dicintainya sedang mencari sesuatu. Dae Ryook berhenti. Do Ran … akhirnya melihat Dae Ryook. Ia berlari dan menghambur memeluk Dae Ryook. Untung masih belum terlambat. Do Ran menangis bahagia.
***
Nyonya Park mengamuk lagi. Demensianya kambuh pagi itu. Si Mak berusaha menghindari jambakan dengan berlarian terus.
“Myeong Hee. Di mana Myeong Hee?”
“Astaga…”
“Jalang. Di mana adikku?”
“Astaga. Ibu. Berhenti. Dia di atas. Kenapa Ibu melakukan ini kepadaku?”
“Aku tahu kamu berbohong. Kemari.”
“Astaga, yang benar saja.”
“Kemari.”
“Tolong!”
“Ibu, kumohon berhenti.” kata Pak Wang.
“Ayah. Kurasa wanita jalang itu mengusir Myeong Hee.”
“Ibu, kumohon.”
“Dia akan segera turun dari atas.”
“Kamu dan kebohonganmu!”
“Ibu.”
“Bawa dia kemari.”
“Kumohon berhentilah.”
Saat itulah Do Ran muncul, “Kak… Aku di sini.”
“Astaga, Myeong Hee. Kamu sungguh di atas?”
“Ya, kubilang aku akan selalu menemani Kakak. Kakak berjanji tidak akan melakukan ini lagi.”
“Benar juga. Ada apa dengan kakak? Kakak lupa terus. Maaf, Nona Selingkuhan. Aku salah.” katanya pada si Mak.
“Tidak apa-apa.”
Da Ya ikutan nimbrung, “Kak Geum Byung, Kak Myeong Hee. Ayah, Ibu, ayo sarapan.”
“Hebat sekali. Kamu membuat sarapan sendiri?”
“Ya. Kak Myeong Hee membantuku.”
“Sungguh? Astaga, dia lebih baik dari ibunya. Ayah, ayo sarapan.”
“Baik, ayo.”
Nyonya Park berjalan. Tiba-tiba ia berhenti, “Hei, Kamu. Ikutlah.” katanya pada si Mak.
“Sungguh?” ia kelihatan senang.
“Kamu, Putri Selingkuhan. Namamu Da Ya, bukan? Da Ya. Kamu bersikap baik belakangan ini. Aku akan membiarkanmu.”
Da Ya senang. Berarti ia bebas jambakan, “Sungguh?”
“Ya.”
“Terima kasih banyak, Kak.”
“Mari makan.”
Si Mak yang masih sendirian berdiri di situ, “Astaga…. Da Ya memanggilnya “Kakak”? Dasar licik. Aku iri. Rambutnya tidak dijambak.”
***
Makan bersama pagi itu terasa berbeda dari hari biasanya. Lebih hangat dan ceria.
“Sup shepherd’s purse rasanya enak hari ini.”
“Ya, Ayah. Ini lezat.”
“Da Ya. Kamu yang memasak ini?”
“Dengan Kak Do Ran. Bi Yeoju juga membantu.”
“Tidak, Da Ya melakukan semuanya.” jawab Do Ran.
“Apa karena Da Ya yang memasaknya? Rasanya lebih enak. Lebih kaya rasa. Ayah. Putri Selingkuhan juga tidak terlalu buruk.”
“Nenek, dia punya nama. Panggil namanya alih-alih bilang Putri Selingkuhan,”
“Baik, Bodoh. Jangan berani-berani bilang aku nenek lagi.”
“Baik, Kak.”
“Lajang Lantai Dua. Kamu tampak lebih sehat dan lebih bahagia. Apa karena kamu tinggal dengan Myeong Hee? Kamu tampak bahagia. Myeong Hee, kalian saling amat mencintai?”
“Ayolah, Kak…” Dae Ryook jadi malu-malu.
“Lihat? Orang-orang yang saling mencintai harus tetap bersama, bukan berjauhan. Lajang Lantai Dua. Jangan putus dengan Myeong Hee lagi.”
“Jangan khawatir, Kak.”
Si Mak hanya senyum dikit
Tiba-tiba ada suara ponsel.
“Suara apa itu?”
“Maaf, Kak. Ini ponselku. Halo? Apa? Kamu siapa? Ya. Baik.” kata Yi Ryook.
“Siapa itu?”
“Bukan apa-apa. Aku ada urusan mendesak. Aku harus pergi. Selamat menikmati makanannya.” kata Yi Ryook yang segera pergi.
“Da Ya. Kamu menyukainya, bukan? Kamu harus fokus. Dia tampak benar-benar terganggu.” kata Nyonya Park
Da Ya saling pandang dengan Do Ran.
“Apa? Benarkah?”
“Ya. Aku berpura-pura tidur kemarin malam. Dia pergi ke toilet untuk menerima telepon. Lalu dia pergi dan kembali saat dini hari.” jawab Da Ya.
“Kenapa kamu baru bilang?” tanya Do Ran tidak habis pikir.
“Jika terus menceritakan ini, aku merasa terlalu malu. Aku rasa dia menemui Soo Jung lagi.”
“Dia sudah memecatnya.”
“Kurasa tidak masalah jika Soo Jung pergi, tapi ternyata tidak. Kak, aku harus bagaimana? Bagaimana jika Yi Ryook terlalu mencintainya untuk berpisah dan meminta bercerai denganku? Kak, aku amat takut.”
“Apa yang harus kamu lakukan? Segera cari akarnya. Akan amat buruk jika kamu tidak melakukan apa pun.”
***
“Da Ya. Pertama, mari periksa apa Yi Ryook menemuinya. Kita tidak bisa meragukannya tanpa bukti.”
“Baik, tapi firasatku pasti benar.”
“Baik.”
Belum sempat mereka berdua masuk ke restoran, tiba-tiba Yi Ryook keluar disertai Soo Jung dan 2 pria.
“Astaga. Bisakah kamu melepaskanku?”
“Kemari.”
“Mari kita bicarakan.”
“Apa yang perlu dibicarakan?”
“Apa? Kamu sudah menikah?”
Kejadian itu membuat beberapa orang menonton.
“Ada apa ini?”
“Kamu sudah menikah dan mengencani adikku? Beraninya kamu.” kata pria yang lebih muda sambil melayangkan bogem ke wajah Yi Ryook.
“Astaga. Yi Ryook.” Soo Jung yang melihat ini jadi kaget dong.
“Dasar bodoh. Apa yang kamu lakukan? Singkirkan tanganmu darinya.” kata pria yang tua pada Soo Jung.
Ayah Soo Jung, “Kamu punya istri dan mengencani putriku? Akan kuberi kamu pelajaran hari ini.”
“Jangan melakukan ini, Pak.”
“Apa yang kamu lakukan? Hentikan, Pak.”
Si Ayah berusaha menanduk muka Yi Ryook. Namun ga sampe. Tubuhnya terlalu pendek.
“Ayah, tunggu.” si kakak Soo Jung bicara sambil mengangkat ayahnya. Ayahnya berhasil menanduk muka Yi Ryook akhirnya.
Da Ya melihat ini, “Tidak, jangan wajahnya.”
“Malangnya.”
“Bangun.”
“Kenapa kamu menyukai pria beristri?” kata ayahnya pada Soo Jung.
“Kuperingatkan kamu. Jika kamu menemui putriku lagi, akan kubuat kamu menerima ganjarannya, paham?”
“Ini peringatan dari kakaknya. Jika kamu menemuinya lagi, tidak hanya akan berakhir begini, paham? Kenapa kamu menyukai pecundang ini? Ayo.”
Soo Jung dibawa pergi kakak dan ayahnya. Da Ya menghampiri Yi Ryook yang baru saja bangun.
“Hei, Kamu. Kemari. Kamu amat memalukan. Apa yang sudah kamu lakukan?” Da Ya berteriak-teriak sambil memukuli suaminya.
“Da Ya…”
“Aku amat malu!”
“Da Ya.”
“Tenanglah.”
“Kamu kira aku bisa tenang? Teganya kamu melakukan ini kepadaku, Bodoh.” Da Ya terus berteriak dan memukuli Yi Ryook yang hanya pasrah.
“Maaf, Da Ya. Aku tidak akan melakukannya lagi. Maaf.”
Do Ran memegangi Da Ya, “Lepaskan aku. Akan kubunuh kamu sendiri. Bedebah. Berengsek. Apa ini? Hidungmu berdarah. Kamu bodoh sekali. Kenapa kamu…”
“Da Ya. Da Ya, hentikan.”
***
Pak Wang keluar dari kantornya. Ia bertemu stafnya.
“Kamu boleh pulang.”
“Sampai jumpa, Pak.”
“Sampai jumpa.” kata Pak Wang. Dae Ryook tiba-tiba juga sudah di situ.
“Kamu mau pulang?” tanya Pak Wang.
“Apa Ibu menelepon Ayah juga?”
“Dia meneleponmu juga?”
“Ya.”
“Apa yang mendesak kali ini?”
“Sampai jumpa.”
“Sampai jumpa.”
“Suara Bu Oh di telepon terdengar menyeramkan. Ada apa lagi sekarang?”
“Aku tidak tahu. Kira-kira apa? Aku amat penasaran.”
“Aku juga.”
Pak Wang marah sekali. Ia menendang Yi Ryook.
“Sayang, bicaralah. Kamu tidak perlu memukulnya.” teriak si Mak.
“Lepaskan! Dia pantas dipukul.”
“Sayang…”
“Apa yang sudah kamu lakukan, Bodoh? Kamu berselingkuh dengan pelayan? Wang Dae Ryook!”
“Ya?”
“Ambilkan tongkat bisbol.” teriak ayahnya.
“Tidak. Kita tidak punya. Bagaimana dengan tongkat golf?”
“Bawakan yang kita punya.”
“Baik.”
Do Ran memegang suaminya, “Dae Ryook, kamu seharusnya menghentikannya. Jangan malah memihak ayahmu.”
“Ambilkan sesuatu untuk memukulinya!” Pak Wang berteriak keras.
“Selamatkan aku, Da Ya!” kata Yi Ryook berlutut.
Da Ya langsung memeluknya dari belakang, “Tolong tenang. Dia sudah cukup dipukuli hari ini. Maaf, Ayah.”
“Ayah, tidak akan kulakukan lagi. Tidak akan pernah. Maaf.” kata Yi Ryook.
“Tidak ada orang di keluarga kita yang pernah berselingkuh. Wang Yi Ryook, kamu mau berselingkuh lagi? Ayah akan menghapusmu dari KK.”
“Jangan!”
“Maaf, Ayah.”
“Bodoh. Jangan menghentikanku.”
“Sayang. Hentikan.”
“Bodoh! Beraninya kamu!”
“Sayang, kumohon…” si Mak coba menenangkan Pak Wang yang kalap.
Di kamar mereka, Da Ya sedang menyetrap Yi Ryook.
“Angkat tanganmu.”
Suaminya sewot, “Jang Da Ya!”
“Baik. Ayah.” kata Da Ya sambil beranjak mau keluar kamar memanggil ayahnya.
Yi Ryook tentu takut, “Baik. Aku juga akan mengangkat tangan. Duduk kembali. Soo Jung memohon kepadaku untuk menemuinya kali terakhir, itulah alasanku pergi. Aku tidak merayunya keluar.”
“Jadi, kamu memang menemuinya? Kamu sudah menikah!”
“Aku tidak akan menemuinya lagi. Jika menemuinya, aku akan memberikan semua saham Bom and Food milikku kepadamu.”
“Benarkah?”
“Sebesar itulah tekadku untuk tetap setia. Kamu kira aku mau kehilangan semua yang kupunya hanya karena wanita?”
“Kamu sudah berjanji. Aku akan menemui Pengacara Park dan membuat surat resminya. Kamu tidak bisa menarik ucapanmu.”
“Baik. Berbuatlah sesukamu.”
“Kamu bisa menurunkan tanganmu.” kata Da Ya, “Apa? Kenapa kamu melotot?”
Yi Ryook menunduk lagi.
“Benarkah itu? Dia sungguh bilang begitu?”
“Ya, jika aku menangkap basah dia berselingkuh lagi, dia akan memberikan semua saham Bom and Food-nya.”
“Astaga, bagus sekali. Dia tidak akan berani berselingkuh lagi. Dia berjanji akan memberikan sahamnya kepadamu.” kata Do Ran, “Ayah, Ibu, dan Kakak, bahkan Dae Ryook berada di pihakmu. Dia tidak akan berani lagi.”
“Kak. Terima kasih banyak. Pembelaan Kakak adalah alasan kami bisa melalui ini. Kak, mulai sekarang, jika ada masalah, aku akan membela Kakak. Jadi, Kak Do Ran. Jika terjadi sesuatu, datanglah kepadaku lebih dahulu.”
“Ya? Baik, Da Ya. Senang rasanya ada yang membela.”
Kim Do Ran benar-benar merasa bahagia sekarang.