Berikutnya kita lanjutkan dengan Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 103-104 Part 2. Hong Shil bersama dua anaknya, datang mengunjungi Pak Kang. Setelah masuk dan berhadapan dengannya, mereka bertiga secara bersamaan membungkukkan badan penuh hormat. Melihat ini, Pak Kang jadi salting.
“Kenapa kalian melakukan ini?”
“Aku sungguh minta maaf. Aku meminta maaf dengan tulus.” kata Hong Shil
“Tidak perlu. Aku paham perasaan kalian. Aku pasti merasa begitu juga.” kata Pak Kang
Go Rae berkata sambil meneteskan air mata, “Anda amat menderita, bukan? Aku sungguh minta maaf. Serta aku amat lega kini nama Anda sudah dibersihkan.” Secara pribadi, saya menyukai akting Park Sung Hoon di drama ini. Walau dia bukan pemeran utama.
“Terima kasih. Tapi jika dipikir-pikir, memang aku yang mengawalinya. Jika aku tidak pergi ke sana untuk meminjam uang, jika aku tidak ada di sana, ini tidak akan terjadi. Aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf.”
Hong Shil tidak menjawab. Ia hanya menangis. Dua anaknya, terutama Da Ya, juga menangis.
***
“Hong Joo. Maaf atas segalanya.” kata So Il
“Tidak apa-apa. Jangan bilang apa-apa. Kamu tidak perlu bicara.” jawab Hong Joo sambil menangis.
“Terima kasih dan maaf sudah membuatmu sedih.”
“Tidak. Aku bersyukur. Aku bersyukur atas semuanya. Aku senang kamu tidak membunuh kakak iparku. Aku bersyukur kamu kembali. Aku bersyukur kamu menyelamatkan keponakanku. Aku bersyukur kamu memberiku bayi.”
“Pak Kang…. Ini semua terasa seperti keajaiban dan berkat. Kita tidak perlu putus lagi, bukan?”
“Ya, Hong Joo.”
“Bisakah kita hidup bersama sekarang?” tanya Hong Joo
“Ya.”
Mereka berpelukan dan menangis bahagia.
“Sayang. Kamu sudah memberi tahu Do Ran?”
“Soal apa?”
“Sayang. Jangan pura-pura tidak tahu. Apa lagi? Rahasia kita. Bayi kita.” kata Hong Joo
“Itu?”
“Kapan kamu akan memberi tahu Do Ran? Akan memalukan jika dia tahu.”
“Aku akan memberitahunya di toko kue. Dia akan terkejut jika tahu akan punya adik pada usianya sekarang. Bagaimana aku harus memberitahunya?”
“Lantas, apa? Kamu tidak mau memberitahunya Lantas, aku akan…” Hong Joo berjalan.
Pak Kang memegangnya, “Tidak. Aku saja yang memberitahunya. Jangan desak aku.”
“Ayah, ayo pergi.”
“Baik, Do Ran.”
Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Ternyata Yang Ja yang berkunjung.
“Ini tidak banyak. Aku membuatkan makanan untuk kalian agar tenaga kalian kembali.”
“Untuk kesehatannya? Kamu tidak perlu repot-repot.”
“Ini amat bagus untuknya. Pastikan dia memakannya.” kata Yang Ja.
“Kamu sungguh tidak perlu melakukan ini. Terima kasih.” kata Soo Il
“Soo Il. Karena namamu sudah dibersihkan, haruskah kita mengurus pendaftaran keluarga Do Ran?”
“Ibu….”
“Kamu pasti merasa amat buruk karena tidak bisa mendaftarkan Do Ran sebagai putri sahmu. Sekarang kamu bisa mendaftarkannya sebagai keluargamu secara sah dan menjadi seorang ayah.”
“Aku sungguh boleh melakukan itu?” tanya So Il
“Ya, tentu saja. Kamu bukannya sengaja mengabaikannya. Kamu luluh lantak. Kini kamu harus mengembalikan keluargamu yang sempat hilang. Aku yakin Dong Chul memahaminya.”
“Terima kasih.”
“Do Ran. Jangan lupa bagaimana ibu membesarkanmu. Setidaknya selama 28 tahun, inilah ibumu. Itu tidak berubah.”
“Aku tahu itu. Aku tidak bisa melupakan yang ibu lakukan untukku.” kata Do Ran
“Baiklah kalau begitu. Tidak apa-apa.” kata Yang Ja. Ia memandang ke arah Hong Joo, “Bu Na. Kenapa kulitmu amat kasar?”
“Apa?” Hong Joo terkejut dan salting.
“Astaga. Kamu pasti kelelahan setelah merawat Soo Il. Lantas, kamu bisa berbagi dengannya.” ini soal makanan.
“Baik.”
“Ayah.” kata Do Ran saat melihat banyak tulisan di pintu toko.
“Semangat, semoga berhasil, Ayah Tampan”, “Semangat, jangan pergi” dan lainnya.
“Apa semua ini?”
“Entahlah.” jawab ayahnya.
Tae Pung keluar dari toko, “Halo.”
“Hai, apa ini semua, Tae Pung?”
“Ini dari orang-orang yang tinggal di sekitar sini.”
“Apa? Yang tinggal di sekitar?” tanya Pak Kang sambil melihat tulisan-tulisan itu lagi. “Toko kue terbaik!”, “Kami menyayangimu, maaf”
Tiba-tiba serombongan orang datang,
“Permisi. Aku minta maaf sudah melempar telur dan menyuruhmu pindah. Kudengar ternyata tuduhanmu salah. Aku menonton berita. Maaf sudah kasar.” kata seorang ibu sambil menyerahkan pot bunga.
“Terima kasih.”
Seorang ahjussi bertanya, “Pukul berapa roti pertamamu keluar? Anak-anakku amat suka rotimu.”
“Aku akan segera menyiapkannya. Tidak akan lama.” jawab So Il
“Terima kasih.”
“Anak Muda, ambil ini. Hubungi aku saat rotinya sudah siap.” seorang ahjumma menyerahkan tas kosong pada Tae Pung.
“Ya.”
“Buat yang banyak.”
“Terima kasih.” kata Do Ran sambil tersenyum bahagia.
***
“Dae Ryook. Kamu mau bilang apa sampai mengumpulkan kami di sini? Kamu tidak berangkat kerja?” tanya Mak Lampir. Di ruangan itu ada anggota keluarganya lengkap.
“Masih ada waktu.” jawab Dae Ryook
“Mari dengarkan kamu mau bilang apa.” kali ini Nyonya Park.
“Kalian semua tahu nama ayah mertuaku sudah dibersihkan. Jadi, aku akan menikahi Do Ran kembali.” kata Dae Ryook.
Mak Lampir sambil kaget, “Ibu tahu kamu akan berbuat begini.”
“Kami bercerai hanya karena Pak Kang membunuh ayahnya Da Ya. Tapi ternyata tidak. Jadi, aku mau kembali bersama Do Ran. Aku mau kalian menerimanya dengan hati yang lapang.”
“Dae Ryook, apa maksudmu? Kalian sudah bercerai. Kenapa kamu mau rujuk? Itu semua sudah berlalu. Kamu tidak bisa memutar ulang waktu. Tidak ada yang bisa kamu lakukan.” kata si Mak.
“Sudah berlalu? Bagaimana bisa Ibu bilang begitu?”
“Bukankah kamu mengencani Jang So Young dari Grup JS? So Young menyukaimu. Kamu juga pernah menyukainya. Kamu tidak bisa memasukkan anggur baru ke botol lama.”
“Kenapa malah membahas So Young? Dia hanya teman. Yang sungguh kucintai adalah Do Ran. Ayah, bilang kepadaku. Ayah memaksaku bercerai karena dia putri pembunuh, tapi sekarang tidak begitu. Sudah sewajarnya kami rujuk, bukan?” kata Dae Ryook
“Ayah, tolong biarkan Kakak berbuat sesuai keinginannya. Dia harus hidup dengan orang yang dia cintai.” kata Yi Ryook, “Jang So Young dari Grup JS? Kakak tidak menyukainya.”
“Yi Ryook, kenapa kamu ikut campur? Diam saja.” Mak Lampir sengak.
“Baiklah kalau begitu, karena Ibu mau aku diam, aku berangkat bekerja dahulu. Kak, semoga berhasil. Sampai jumpa.” Yi Ryook pergi.
“Ibu setuju.” kata Nyonya Park. Semua memandang kepadanya, “Jika itu yang mereka mau, mereka harus rujuk.”
“Benar. Kamu sudah dewasa. Kamu bisa berbuat semaumu.”
“Terima kasih, Ayah. Aku berangkat bekerja dahulu.” kata Dae Ryook dengan gembira.
“Aku juga harus bersiap untuk berangkat bekerja.” kata Pak Wang.
“Apa? Astaga. Tidak ada yang membantuku. Aku tidak percaya ini. Aku juga melakukannya bukan demi kebaikanku. Baiklah. Lantas, aku harus bertindak.” kata Si Mak.
***
“Halo, Bu Oh.” kata So Il.
“Aku sudah dengar tentangmu. Pertama, aku senang namamu dibersihkan. Kamu pasti sudah melalui masa-masa sulit.”
“Terima kasih.”
“Sebenarnya itulah alasan aku kemari.”
“Apa?”
“Pak Kang… Aku tidak yakin bagaimana harus memanggilmu. Begitulah aku dahulu memanggilmu. Kuharap kamu tidak masalah.” kata Mak Lampir repot.
“Tidak sama sekali. Panggil saja aku semaumu.”
“Terima kasih. Masalahnya adalah aku tidak mau menikahkan putrimu dengan putraku hanya karena namamu sudah dibersihkan. Dari awal, Do Ran dan Dae Ryook tidak ditakdirkan bersama. Serta Dae Ryook kini mengencani orang lain. Apa kamu tahu Grup JS? Putri mereka. Dae Ryook baru saja memutuskan akan mengencaninya. Itu tidak boleh gagal karena Do Ran.”
“Aku paham maksudmu. Tolong jangan khawatir. Do Ran tidak akan pernah rujuk dengan Direktur Wang. Aku akan bicara dengannya.”
“Terima kasih. Dia akan bertemu dengan orang yang tepat nanti. Baiklah kalau begitu. Aku pergi dahulu.”
Mak Lampir lalu pergi. Pak Kang hanya memandangi saja. Saat ia mau masuk kembali, dilihatnya Do Ran di pintu. Ada kesedihan di raut wajahnya. Ia mendengar semua.
“Do Ran. Ayah sudah duga. Nama ayah sudah dibersihkan, tapi kita tetap tidak bisa bersama dengan keluarga itu. Ada terlalu banyak kenangan menyakitkan dengan mereka. Serta Bu Oh baru saja menemui ayah. Kamu tidak bisa bahagia dengan keluarga itu. Kini ayah ingin kamu melupakan Direktur Wang dan melanjutkan hidupmu.”
“Jangan cemas, Yah. Aku tahu itu.” kata Do Ran
“Baik. Lain kali kamu bertemu dengan seseorang, ayah mau kamu mengencani pria yang menyayangimu dari keluarga yang menerimamu.”
“Baik, Yah. Maaf sudah membuat Ayah sedih.”
“Tidak apa-apa. Ayah hanya mengkhawatirkanmu. Ayah baik-baik saja.”
Tiba-tiba ponsel Do Ran yang ada di atas meja, berdering. Pak Kang bisa melihat siapa yang menelepon. Itu adalah Dae Ryook.