Kita lanjut dengan Sinopsis Drama Korea Graceful Family Episode 1 Part 3. Untuk part sebelumnya bisa kamu baca di sini. Daftar sinopsis lengkapnya bisa kamu temukan di review drama Korea Graceful Family.
Mo Seok-Hee yang merasa jengkel segera keluar dari ruang interogasi. Ia berjalan keluar dengan cepat. Sampai di ruang depan kantor polisi, masuk Bu Han diikuti para pengawal TOP. Agak kaget Seok-Hee melihatnya.
“Sudah lama tidak bertemu, Nona.” kata Bu Han. Semua kejadian ini kebetulan dilihat oleh Heo dan pak polisi.
“Kamu tidak menua. Kamu sama saja.” kata Seok-Hee.
Bu Han tersenyum, “Pimpinan menyuruhku untuk membawamu pulang.”
“Aku akan ke rumah sakit terlebih dahulu.” jawab Seok-Hee cepat dan segera berjalan mau pergi. Para pengawal Bu Han segera menghalangi dan menangkap tangannya.
“Lepaskan.” teriak Seok-Hee.
“Apa yang terjadi?” pak Polisi jadi ikutan teriak. Heo juga segera berlari ke arah mereka.
“Lepaskan aku.” teriak Seok Hee, “Lepaskan.”
“Hei! Apa yang kalian lakukan di kantor polisi? Lepaskan dia.” teriak Heo.
“Ini kantor polisi. Apa yang kamu lakukan? Kami mencela penculikan dan penyerangan.” tambah pak polisi.
Bu Han memberi kode pada para pengawalnya untuk melepaskan, “Aku mengerti alasan kalian salah paham. Maaf.”
“Kami salah paham? Kalian mengeroyok seorang wanita lemah.” kata Heo
“Aku pengacara wanita ini. Apa itu menjelaskan semuanya?” kata Bu Han.
“Maka, kamu pasti tahu, jika kamu pengacara. Menarik lengan seorang wanita tanpa persetujuan adalah penyerangan asusila.” Heo lagi.
“Maka, kamu pasti juga tahu ini. Di tahun 2014, Mahkamah Agung memutuskan bahwa pergelangan tangan dan lengan dikecualikan dari aturan itu.” sergah Bu Han.
“Ya, tapi norma sosial telah berubah. Jika wanita itu tersinggung, itu penyerangan asusila. Bukankah seharusnya kamu tahu sebanyak itu tentang gender untuk menjadi pengacara yang baik?” Heo ga mau kalah.
“Menarik sekali. Nona, mari pergi.” kata Bu Han pada Seok-Hee.
“Urus mobil sewaannya. Lalu aku akan menemui kakekku. Apa kamu ke sini menyetir?” tanyanya pada Heo.
Yang ditanya tentu saja kaget, “Apa?”
“Mobilku mengalami kecelakaan. Aku juga wanita yang sangat lemah. Kita akan pergi ke arah yang berbeda. Ayo.” Seok-Hee segera menggandeng Heo yang jadi bingung, “Ke mana? Hei. Ke mana…” Seok Hee tidak menjawab dan terus menarik Heo keluar dari kantor polisi.
Dari bahasa tubuh Seok-Hee, Heo menduga ada sesuatu yang tidak beres di sini.
“Antar aku ke Rumah Sakit MC. Kakekku sakit.” kata Seok-Hee. Heo senyum aja, “Kenapa aku harus mengantarmu?”, gantian Hee yang sewot, “Maka, seharusnya kamu tidak membantuku.” Hee menjawab dengan pandangan kosong. Heo bisa melihat ini, “Tentu. Aku yang sopan ini seharusnya membantu. Ayo.”
Sampai di depan Rumah Sakit MC, Hee segera turun dan berlari tanpa mengucapkan apa-apa. Tentu Heo berusaha menegurnya, “Hei. Hei. Tunggu. Sopan santun macam apa itu? Dia bahkan tidak berterima kasih kepadaku. Astaga.” Heo melihat dari kaca mobilnya, para pengawal yang tadi di kantor polisi, sudah sampai di situ juga dan langsung masuk. Melihat ini, Heo jadi curiga.
Hee masuk dan langsung menuju kamar VIP.
Seorang ahjumma nampak sedang merawat seorang kakek yang ada di ruangan itu. Ia melihat ke arah Hee, “Nona. Bagaimana bisa…,” Seok hee langsung menjawab, “Apa aku tidak diterima?”, ahjumma itu menatapnya, “Mungkinkah begitu?”, Seok langsung berkata lagi, “Bisakah kamu meninggalkan kami?”, ahjumma itu tersenyum, “Tentu.”, ia lalu meninggalkan ruangan itu.
“Kakek. Ini Seok-hee. Seok-hee kembali setelah 15 tahun.” kata Seok Hee sambil menatap kakeknya yang terbaring dengan sedih. Di ruangan lain, ahjumma yang tadi merawat kakek terlihat menelpon, “Nyonya. Nona Seok-hee kembali ke Korea.” katanya. “Baik. Awasi Seok-hee untukku.” jawab Ha Young-Seo, ibu tiri Seok-Hee. Wan-Joon anaknya terlihat sedang main golf, “Seok-hee kembali? Bagaimana dia melewati TOP?” tanyanya. “Entahlah. Semua ini sangat aneh. Dia tidak mungkin berada di sini untuk berpiknik setelah 15 tahun.” kata ibunya.
“Dia di sini untuk warisannya.” kata Wan-Joon, “Warisan siapa?” sergah ibunya, “Kamu sendiri harus sadar.” lanjut ibunya lagi. Wan-Joon tidak menjawab. Ia memukul bola golf yang sudah siap.
“Pukulan yang bagus.” kata ibunya.
***
Sementara di rumah sakit, Heo akhirnya masuk. Ia melihat ada penjaga yang tadi di kantor polisi, menjaga pintu ke ruang VIP. Heo lalu melangkah mau masuk. Tapi para penjaga itu menahannya, “Kamu tidak boleh masuk.” Kebetulan, di saat yang sama, Hee keluar dari ruangan. Heo segera menunjuk ke Hee. Para pengawal itu akhirnya membolehkan ia masuk.
“Kamu masih di sini?”, tanya Hee. Heo menjawab, “Aku menginginkan ucapan terima kasih.”, Hee jadi tertawa, “Jika kamu mau. Terima kasih. Aku tidak lagi membutuhkan bantuanmu. Tidak apa-apa.” katanya agak ketus. Heo menjawab, “Benarkah? Bagus kalau begitu. Selamat tinggal.” katanya seraya pergi dari situ. Seok Hee hanya memandangnya saja.
Di rumah keluarga MC Group, para anggota keluarga berkumpul di ruang makan. “Ini kali pertama kamu bertemu satu-satunya saudari iparmu. Maafkan dia jika dia kasar.” kata Bu Ha pada mantunya, isteri Wan-Joon. “Apa?” agak kaget juga menantunya mendengar peringatan ini.
“Tuan Muda Wan-soo datang.” asisten rumah tangga tiba-tiba berteriak.
“Astaga. Ada penundaan. Maaf karena aku terlambat.” katanya. “Kancing ketigamu terbuka.” kata ibunya, “Apa?”, Wan-Soo tertawa sambil membenarkan kancing bajunya, “Bintang utamanya datang terlambat. Aktor belakangan ini punya sikap paling buruk. Kita harus mengikuti yang dilakukan Hollywood dan menambahkan klausul penalti dalam kontrak mereka tentang keterlambatan.”
Asisten rumah tangga kembali teriak, “Tuan Muda Seo-jin datang.” Kemudian, “Nona Seok-hee datang.” semua yang ada di situ berdiri. Seok Hee masuk dengan ogah-ogahan, “Astaga. Kenapa kamu begitu sopan kepada tamu yang tidak diundang? Mari duduk.”
“Hei. Mo Seok-hee. Apa yang terjadi? Kamu tamu spesial hari ini? Senang melihatmu. Mari kita lihat… Apa itu tahun lalu saat kita bertemu di New York? Bagaimana rasanya kembali setelah 15 tahun? Kamu makin cantik.” kata Wan-Soo yang kelihatannya paling cerewet.
Bu Ha tersenyum, “Selamat datang kembali.”
“Ini saudari iparmu, istri Wan-joon. Mereka sangat sedih kamu melewatkan pernikahannya.” kata Bu Ha.
“Aku Baek Soo-jin.” kata wanita ini. “Putri mantan menteri lulusan jurusan selo. Tidakkah menyesakkan berada di rumah?” tanya Seok Hee. Soo-Jin jadi salting. Wan-Joo menyela, “Kalian baru bertemu. Jaga sikapmu.” katanya pada Seok-Hee. Si Hee malah senyum ngejek, “Kamu tidak tahu?Bersikap tidak sopan adalah keahlianku. Apa kamu juru bicaranya? Kamu tidak terdengar seperti seorang suami.”
“Hei. Hei. Siapa kamu?” tanya Seok-Hee, “Mo Seo-jin. Kamu siapa?”
“Kenapa kamu berbicara Bahasa Inggris? Kak Wan-soo. Apa dia anakmu di luar nikah?” tanya Seok-Hee, “Hei. Dia bukan anakku.”
“Bukan?”, Hee lalu menoleh pada Soo-Jin, “Kamu hamil lebih dulu?” Soo Jin tertawa saja. Seok Hee lalu menoleh lagi kepada Seo-Jin, “Siapa ayahmu?”
“Mo Chul-hee.” jawab Seo Jin. Seok Hee tertawa mendengar ini, “Sungguh mengesankan. Ini gila. Benar-benar gila.” katanya.
“Dia bukan ibuku!” kata Seo Jin melihat Seok Hee memandang Bu Ha. Setelah mendengar ini, Seok Hee mengulurkan tangannya, “Aku Mo Seok-hee. Kakak tirimu.”
Asisten rumah tangga kembali teriak, “Pimpinan datang.”
“Kejutan besar. Adik kecil yang tampan. Apa ada lagi?” tanya Seok Hee.
“Hei, bawa itu. Aktris utamaku ke Cannes baru-baru ini. Dia memohon kepadaku untuk memberikan anggur ini kepadamu, jadi, ini dia. Ini kesukaanmu, De Chateau tahun ’99. Maukah kamu mencicipinya?” kata Wan Soo setelah ayahnya duduk. Ayahnya hanya memandang dengan enggan. Melihat sikap suaminya, Bu Ha berkata pada asisten, “Bawa pergi.”
“Aku suka itu. Kita harus bersulang. Sajikanlah.” kata Seok Hee tiba-tiba. Suasana jadi agak tegang. “Apa yang harus kita rayakan? Adik baru setelah 15 tahun? Tunggu. Berapa ibu yang kupunya? Apa ibunya adalah ibuku juga? Hei. Di mana ibumu? Oops, maaf. Rumah tersayang. Aku suka karena kalian semua sama saja.” terus Seok Hee.
Kejadian jadi tambah panas. Mo Chul-Hee terlihat marah kali ini, “Kenapa kamu kembali tanpa izinku?”
“Apa aku membutuhkan izinmu? Aku tidak tahu. Aku melewatkan wafatnya ibuku. Aku tidak mau melewatkan wafatnya Kakek.” kata Seok Hee.
“Dia akan pulih.” jawab ayahnya pendek.
“Aku senang bahwa kita sepakat soal itu.” kata Seok Hee.
“Pergilah setelah fajar.” kata Pak Mo lagi.
“Baiklah.” jawabannya seakan ia manut. Pak Mo berjalan kembali ke tempat duduknya. Belum sampai pak Mo duduk, Seok Hee sudah berkata lagi, “Seandainya aku bisa, tapi aku tidak mau. Aku mungkin akan tinggal…”
“Tidak!” pak Mo berteriak marah.
“Aku bukan anak kecil lagi. Dari semua orang di sini, bukankah aku yang paling berhak untuk tinggal di sini? Benar, kan? Ibu Tiri.”
Seok Hee tersenyum mengejek. Lalu bangkit dan berjalan pergi dari situ.
Bersambung ke Sinopsis Drama Korea Graceful Family Episode 1 Part 4.