“Don’t Call Me Ma’am” atau “There’s No Next Life” adalah drama Korea yang mengangkat kisah tiga perempuan yang sama-sama berada di usia matang. Drama ini menghadirkan cerita yang dekat dengan kehidupan nyata: pergulatan karier, pernikahan, identitas diri, sampai impian yang terasa makin menjauh seiring bertambahnya usia.
Dengan jajaran pemain papan atas seperti Kim Hee-Seon, Han Hye-Jin, Jin Seo-Yeon, hingga Yoon Park, drama ini menawarkan kombinasi komedi, drama kehidupan, dan sentuhan emosional yang mudah menggugah penonton.
Serial ini tayang mulai 10 November 2025 hingga 16 Desember 2025 di TV Chosun, menempati slot Senin–Selasa pukul 22:00 sebagai penerus drama populer “Confidence Queen.” Dengan total 12 episode, drama ini dikemas sebagai series standar dengan durasi sekitar satu jam lebih per episode.
Berikut sinopsis lengkap, karakter utama, konflik besar yang dihadirkan, serta alasan mengapa drama ini layak masuk daftar tontonan Anda berikutnya.
Cerita Utama: Tiga Perempuan, Tiga Jalan Hidup, Satu Persimpangan Usia
“Don’t Call Me Ma’am” berfokus pada perjalanan tiga perempuan yang tampak mapan dari luar, tetapi masing-masing memikul dilema pribadi yang tidak selalu mudah dibagikan bahkan kepada orang terdekat. Mereka berada di usia dimana mimpi masa muda mulai diuji kenyataan hidup, sementara tekanan sosial tetap mengikuti mereka kemana pun pergi.
Mereka adalah Jo Na-Jeong, mantan host home shopping yang sedang berjuang bangkit; Gu Ju-Young, pekerja sukses yang menghadapi badai rumah tangga; serta Lee Il-Ri, editor mode yang masih memegang fantasi akan cinta dan pernikahan.
Drama ini merangkai kisah mereka dengan gaya yang ringan namun tetap punya kedalaman emosional, membuat penonton seperti melihat cermin dari berbagai fase hidup perempuan dewasa.
1. Jo Na-Jeong – Dari Karier Gemilang Menjadi Ibu Rumah Tangga yang Merindukan Panggungnya Kembali
Jo Na-Jeong, diperankan dengan apik oleh Kim Hee-Seon, adalah sosok wanita yang pernah berjaya sebagai host di dunia TV home shopping. Ia pernah berada di puncak popularitas, meraup pendapatan fantastis hingga ratusan juta won, dan menjadi figur publik yang dikenal banyak orang. Hidupnya dulu berputar pada kamera, produk, dan jadwal siaran yang padat.
Namun hidupnya berubah drastis saat ia memutuskan fokus pada keluarga. Kini ia menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, mengurus suami dan dua anak laki-lakinya. Meski menyayangi keluarga, di dalam hatinya ada ruang kosong yang tidak terisi. Kerinduan pada dunia kerja, pada pencapaian diri, dan pada pendapatan besar yang dulu sering ia dapatkan perlahan muncul kembali.
Na-Jeong mulai menyadari bahwa identitas dirinya bukan hanya sebagai ibu dan istri. Ia merindukan panggungnya—tempat di mana ia merasa hidup dan dihargai.
Keinginannya untuk kembali bekerja membuatnya menghadapi banyak hal: stigma sosial, persaingan generasi baru yang lebih muda, sampai ketakutan gagal. Tetapi keputusan untuk mencoba comeback adalah titik awal perjalanan emosional Na-Jeong dalam drama ini. Ia berjuang bukan hanya demi uang, tetapi demi menemukan dirinya kembali.
2. Gu Ju-Young – Karier Cemerlang, Pernikahan yang di Balik Pintu Penuh Luka Sunyi
Gu Ju-Young, diperankan oleh Han Hye-Jin, adalah gambaran perempuan yang terlihat sempurna dari luar. Ia bekerja sebagai manajer perencanaan di sebuah pusat seni bergengsi, tempat berbagai pertunjukan kelas tinggi digelar. Penampilannya elegan, pekerjaannya stabil, dan ia selalu tampak tenang di hadapan publik.
Tetapi di balik kehidupan yang tampak sempurna itu, Ju-Young menyimpan luka batin yang dalam.
Ia sedang berusaha memiliki anak bersama suaminya—seorang pria aseksual yang tidak mampu memberikan kedekatan fisik yang ia butuhkan dalam sebuah pernikahan. Usahanya untuk membangun keluarga tidak pernah mudah. Ia harus berjuang sendirian secara emosional, menjalani tekanan fisik dan mental, sembari tetap menjaga citra dirinya di tempat kerja agar tidak terlihat rapuh.
Konflik Ju-Young adalah representasi dari banyak perempuan yang hidup di tengah dua dunia—profesional dan pribadi—yang sering kali tidak berjalan seirama. Drama ini menggambarkan betapa menyakitkannya menjalani pernikahan di mana cinta ada, tetapi kebutuhan dasar emosional tidak terpenuhi.
3. Lee Il-Ri – Single, Sukses, Ambisius, Tapi Masih Berpegang pada Mimpi Pernikahan
Lee Il-Ri, diperankan oleh Jin Seo-Yeon, adalah perempuan karier yang sepenuhnya menikmati dunianya. Ia bekerja sebagai wakil pemimpin redaksi majalah fashion terkenal. Dari awal masuk industri sebagai editor muda, ia menapaki tangga demi tangga dengan kerja keras dan ambisi besar.
Kini, ia berada di posisi yang diidamkan banyak orang—stabil secara finansial, dihormati di dunia fashion, dan memiliki kebebasan hidup yang tidak semua perempuan bisa dapatkan.
Namun satu hal masih mengganjal: ia belum menikah.
Il-Ri bukan tidak mampu menjalin hubungan, tetapi ia belum menemukan pasangan yang sejalanan dengannya. Meski ia mandiri dan kuat, dalam dirinya tetap ada fantasi sederhana tentang pernikahan—tentang pulang ke rumah dan berbagi hidup dengan seseorang.
Konfliknya menarik karena tidak dibuat dramatis berlebihan. Ia sekadar menggambarkan realita perempuan mandiri yang diam-diam masih menunggu cinta yang tepat.
Tema Besar Drama: Tentang Usia, Pilihan Hidup, dan Tekanan yang Tak Pernah Hilang
“Don’t Call Me Ma’am” tidak hanya menyajikan kisah komedi dan kehidupan sehari-hari, tetapi juga memotret berbagai tekanan sosial yang sering menimpa perempuan usia 30–40an:
- Dituntut sukses dalam karier
- Dianggap harus menikah di waktu tertentu
- Harus “sempurna” sebagai ibu, istri, dan pekerja
- Dinilai dari usia, penampilan, dan pencapaian
Judulnya, “Don’t Call Me Ma’am,” menjadi simbol penting. Banyak perempuan merasa panggilan “ma’am” seperti penanda bahwa mereka sudah melewati masa mudanya. Ada ketakutan dianggap tua, ketinggalan zaman, atau tidak lagi relevan.
Drama ini menghadirkan pesan kuat: setiap perempuan punya perjalanan berbeda. Tidak ada standar seragam untuk bahagia.
Kualitas Produksi dan Jajaran Kreator di Balik Layar
Drama ini disutradarai oleh Shin Woo-Cheol dan Seong Do-Joon, dua sosok yang dikenal dengan kemampuan mereka membuat drama yang menunjukkan dinamika hubungan manusia dengan hangat tetapi tetap realistis.
Naskahnya ditulis oleh Shin Yi-Won, yang dikenal mampu meramu cerita slice-of-life menjadi dialog yang tajam dan menyentuh.
Dengan kombinasi ini, “Don’t Call Me Ma’am” menjanjikan tontonan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga penuh pesan yang dekat dengan penonton dewasa.
Mengapa Drama Ini Wajib Ditonton?
1. Cast berkualitas
Kim Hee-Seon, Han Hye-Jin, dan Jin Seo-Yeon adalah trio emas yang sudah punya rekam jejak kuat di genre drama kehidupan.
2. Tema dewasa yang jarang diangkat
Banyak drama Korea fokus pada romansa usia 20-an, tetapi serial ini menyoroti konflik perempuan di usia matang.
3. Cerita yang realistis dan relate
Setiap episodenya menyajikan dilema yang mungkin pernah dialami penonton: kehilangan jati diri, pernikahan yang rapuh, ambisi yang tertunda, hingga tekanan sosial.
4. Perpaduan komedi dan drama
Meski temanya berat, drama ini tetap dibawakan dengan sentuhan humor sehingga tidak terasa muram.
5. Durasi pas dan jumlah episode tidak bertele-tele
Hanya 12 episode, sehingga alur cerita padat dan fokus.
Penutup
“Don’t Call Me Ma’am (2025)” adalah drama yang memotret dinamika kehidupan perempuan modern dengan cara yang hangat, lucu, tetapi juga penuh pukulan emosional. Drama ini layak ditonton oleh siapa saja yang sedang berada di fase mencari kembali jati diri, mempertanyakan pilihan hidup, atau sekadar ingin menikmati cerita yang dekat dengan realita.