Salah satu drama yang tayang di akhir Agustus 2020, atau tepatnya tanggal 28 Agustus adalah drama Korea Alice. Dan saya menonton drama ini. Yang menjadi faktor utama saya ingin menontonnya adalah Kim Hee-Sun. Selain suka dengan paras cantiknya, saya juga terkesan dengan penampilannya di drama Room No. 9, yang tayang 2018 lalu. Saya sudah menuliskan review untuk drama ini.
Sampai saat saya menuliskan kesan ini, saya sudah menonton 2 episode. Menurut saya, ide ceritanya menarik, walau ini jelas kisah fiksi. Namun, pesan moralnya bisa teman-teman rasakan di setiap episodenya. Lagi-lagi ini soal parallel universe. Dunia paralel. Di mana dipercaya, ada dunia yang lain selain dunia kita ini. Dengan orang yang sama namun nasib yang berbeda. Kalau kalian suka The Flash, pasti tahu soal ini.
Sebenarnya, sebelum menonton Alice, saya sudah lebih dahulu menonton tamat drama Train. Alice ini juga mirip dengan Train. Sama-sama soal dunia paralel dan time travel. Saya sendiri tidak tahu, kenapa ide cerita seperti ini banyak sekali muncul di drama Korea sekarang ini. Tapi, harus saya akui, cerita drama dengan label time travel dan paralel universe juga menjadi salah satu tontonan favorit saya. Kenapa? Karena rasanya, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Terutama soal memanfaatkan waktu. Waduuh… malah jadi ngelantur..
Recap drama Korea Alice episode 1-2
Jadi drama ini berkisah tentang Yoon Tae-Yi (diperankan oleh Kim Hee-Sun atau Kim Hee-Seon) yang melakukan perjalanan waktu menembus ‘lubang cacing’, untuk mengambil sebuah buku yang bisa mengubah takdir. Di mana banyak yang berpendapat bahwa eksistensi buku ini mengancam proyek Alice, yaitu sebuah proyek wisata lintas waktu yang bertujuan mengobati luka masa lalu. Dengan menemukan buku ini, proyek Alice bisa terus berlanjut.
Di sini dikisahkan kalau Tae-Yi pergi ke tahun 1992 bersama dengan Yoo Min-Hyuk (diperankan oleh Kwak Si-Yang). Tujuan mereka adalah mengambil buku itu. Buku itu dipegang oleh seorang Profesor. Namun ternyata tidak hanya Tae-Yi yang berusaha mengambil buku itu. Ada orang lain yang juga menginginkannya. Dan orang itu juga sudah sampai di tempat yang sama. Bahkan sudah berhasil membunuh si profesor dan merampas buku itu. Untungnya, Tae-Yi sampai di waktu yang tepat. Bersama Min-Hyuk mereka berhasil melumpuhkan orang itu dan merampas buku itu.
Setelah tiba di hotel tempat Tae-Yi dan Min-Hyuk beristirahat, Tae-Yi terus menerus mengeluhkan mual di perut yang tidak tertahankan. Mereka ini adalah sepasang kekasih. Bahkan Tae-Yi sedang hamil. Min-Hyuk mengatakan bahwa itu mungkin efek dari radiasi di lubang cacing.
Saat Min-Hyuk mandi, Tae-Yi membuka brankas tempat menyimpan buku itu dan membukanya. Padahal itu dilarang dalam kode etik Alice. Tae-Yi terkejut karena tulisan itu kelihatnnya menyinggung tentang dirinya. Tae-Yi tidak sempat memastikannya karena keburu polisi datang mencari mereka. Rupanya kematian profesor itu membuat mereka dicari polisi.
Kejar-kejaran pun terjadi. Sampai pada sebuah belokan jalan, Min-Hyuk mengatakan bahwa ia akan mengalihkan kejaran itu. Namun, saat itu Tae-Yi memiliki keyakinan bahwa ia akan tinggal di tahun 1992. Min-Hyuk baru mengetahuinya setelah ia sampai kembali di hotel. Di sana ia hanya menemukan selembar kertas yang ditulis Tae-Yi untuknya. Buku juga hilang. Tae-Yi sudah berkeras tinggal di situ. Demi bayinya. Akhirnya, Min-Hyuk meninggalkannya.
Tae-Yi sendiri mengganti namanya menjadi Park Sun-Young. Mungkin bukan mengganti ya, tapi memang di dunia yang ini, nama Tae-Yi adalah Park Sun-Young. Ia pun melahirkan anak dan memberinya nama Park Jin-Gyeom. Jin-Gyeom dewasa diperankan oleh Joo Won. Mungkin karena pengaruh radiasi ‘lubang cacing’ waktu, Jin-Gyeom tumbuh sebagai bocah yang tidak memiliki emosi. Bahkan saat TK, Jin-Gyeom ini tanpa iba menggunting telinga kelinci karena bosan main. Tenang saja… ini tidak ditampilkan sebagai sebuah adegan. Hanya narasi dari guru sekolahnya.
Saat Jin-Gyeom SMA, datang orang dari Alice yang bermaksud mengambil buku yang dibawa Tae-Yi. Singkat cerita, Tae-Yi terbunuh di sini. Di sinilah Jin-Gyeom ‘menemukan emosinya’. Ia sangat sedih dan marah dengan ‘drone yang membuat ibunya terbunuh’. Oleh karenanya, ia kemudian masuk Akademi Polis, dengan maksud tentu saja mengetahui bagaimana menggunakan senjata dan menyelidiki kematian ibunya ini. Sebelum mati, ibunya berpesan bahwa, jika ia bertemu lagi dengan orang seperti ibunya, persis, abaikan dan jauhi. Jin-Gyeom harus berpura-pura tidak mengenalinya. Jin-Gyeom hanya mengiyakan sambil menangis sedih.
Singkatnya, Jin-Gyeom sekarang seorang polisi berpangkat Letnan. Ia menyelidiki kasus penculikan anak yang ternyata dilakukan ibunya sendiri. Padahal ibunya sedang ada perjalan bisnis. Dan dikonfirmasi oleh polisi benar adanya. Polisi sampai bingung. Masa ibu anak ini ada 2? Dari kejadian ini Jin-Gyeom sudah mulai berpikir tentang hal yang lalu. Ditambah, hilangnya anak itu bersamaan dengan munculnya drone yang sama saat ibunya terbunuh. Jin-Gyeom yakin ini ada hubungannya.
Saat pencarian kasus ini, muncul kasus baru lagi. Pembunuhan. Yang ini lebih unik. Lagi-lagi, Jin-Gyeom ketemu dengan pembunuhnya yaitu Yang Han-Seob. Namun, setelah dicari ternyata ia hanya seorang bocah berumur 5 tahun. Lalu, siapa yang ia lumpuhkan diparkiran? Walaupun akhirnya orang itu kabur, Jin-Gyeom percaya dengan yang dilihatnya. Petunjuknya hanya mobil. Bahwa penculik si anak dan pembunuh ini menggunakan mobil yang sama.
Semua akan jelas bagi Jin-Gyeom, saat Yang Han-Seob ini kabur dari Alice dan datang ke 1992. Ia langsung bermaksud menemui Jin-Gyeom di rumahnya. Namun, ia malah bertemu Kim Do-Yeon (diperankan oleh Lee Da-In), teman sekolah dan sahabat Jin-Gyeom. Ia membuat pingsan Do-Yeon yang membuat Jin-Gyeom marah dan menembaknya 2 kali di tangan dan pangkal lengan. Yang Han-Seob dirawat karena hal ini.
Kemudian, Min-Hyuk kembali datang menolong dengan membawanya kabur dari situ. Sebelumnya, Min-Hyuk sudah membawa kabur Han-Seob saat di parkiran dan duel dengan Jin-Gyeom. Tanpa mengetahui bahwa mereka ayah dan anak. Min-Hyuk dan Jin-Gyeom.
Cerita jadi semakin menarik karena simcard yang menjadi tiket perjalan waktu Han-Seob tertinggal dan ada di tangan Jin-Gyeom. Padahal, Han-Seob sudah dibawa lagi ke markas Alice. Jadilah Min-Hyuk ditugaskan untuk mengambilnya lagi.
Jin-Gyeom yang penasaran apakah simcard itu mencoba menyelidikinya. Ia bertanya ke ahli apakah mereka tahu soal itu. Ahli yang ditemuinya mengatakan bahwa itu hanya simcard biasa. Disket biasa. Tidak ada yang istimewa. Namun karena penasaran, Jin-Gyeom bertanya, di manakah ia bisa bertemu dengan ahlinya. Pencarian ini membawanya ke universitas. Karena ahli itu adalah seorang dosen dan profesor yang mengajar. Saat bertemu, Jin-Gyeom kaget setengah mati. Orang itu adalah Park Sun-Young. Orang yang berwajah persis seperti ibunya.
Lalu, apa yang akan terjadi? Hmm… menarik sih memikirkannya. Itu adegan terakhir di episode 2 ini.