Pro Bono Episode 1 langsung membuka panggung dengan kisah yang menyindir dunia hukum dan permainan kekuasaan.
Drama ini memperkenalkan tokoh utama, seorang hakim terkenal bernama Kang Da-wit, yang selama ini dielu-elukan publik sebagai sosok jujur dan tak tergoyahkan oleh kekayaan maupun jabatan. Namun, di balik wajah ramah dan citra “hakim rakyat”, tersimpan ambisi dan sisi gelap yang perlahan terkuak.
Episode 1 menghadirkan campuran humor, satir sosial, dan dinamika karakter yang kuat, menjadikannya pembuka yang menarik bagi penonton yang menyukai drama hukum dengan nuansa ringan.
Sinopsis Pro Bono Episode 1
Kasus Besar CEO Jang dan Reputasi Sang “People’s Judge”
Episode dimulai dengan persidangan kasus penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh CEO Jang, salah satu figur berpengaruh dalam dunia bisnis. Semua mata tertuju pada Kang Da-wit, hakim terkenal dengan citra anti-korupsi dan dikenal publik sebagai “The People’s Judge”.
Dalam persidangan, Da-wit tampil penuh wibawa dan memutuskan hukuman berat: 10 tahun penjara ditambah denda 70 miliar won.
Keputusan ini membuat reputasinya kembali melambung. Media memujinya, masyarakat bersorak, dan opini publik mendukungnya tanpa ragu.
Namun, drama segera memperlihatkan sisi lain Da-wit yang jauh berbeda dari apa yang dilihat publik.
Sosok Asli Kang Da-wit: Baik di Luar, Ambisius di Dalam
Di balik layar, Da-wit sebenarnya hanyalah pria ambisius yang sangat menikmati ketenaran. Di waktu senggang ia menari mengikuti lagu K-pop, membaca manga, dan pura-pura merendah agar terlihat lebih sempurna di mata publik.
Semua “aksi baiknya” memiliki tujuan yang sama: mengejar jabatan sebagai Hakim Agung (Supreme Court Justice).
Sayangnya, dukungan publik saja tidak cukup. Ia tetap harus menjilat para petinggi korup, ikut minum bersama mereka, dan menerima hinaan demi posisi yang ia incar.
Pertemuan dengan Park Gi-Bbeum
Dalam salah satu adegan, Da-wit terlihat membantu seorang perempuan muda yang kesulitan mengurus dokumen di kantor pengadilan. Ia melakukannya dengan ogah-ogahan, hanya karena mengira gadis itu adalah pegawai pengadilan yang bisa memberikan suara dukungan untuk kariernya.
Begitu mengetahui bahwa perempuan tersebut hanyalah pengacara publik (public interest attorney) dan bukan pegawai pengadilan, sikapnya langsung berubah dingin dan kasar.
Dan kelak, perempuan itu akan menjadi rekan kerjanya—Park Gi-bbeum.
Kunjungan ke Makam Ibu dan Masa Lalu yang Pahit
Setelah resmi dinominasikan sebagai Hakim Agung, Da-wit mengunjungi makam ibunya. Di sana tumbuh pohon aprikot, buah yang pernah ia berikan pada sang ibu ketika kecil. Kilas balik memperlihatkan bagaimana ibunya bekerja keras di pabrik meski tubuhnya rentan dan sering sakit. Ia selalu tersenyum di depan Da-wit kecil agar anaknya tidak merasa terbebani.
Ibu Da-wit akhirnya meninggal akibat kelelahan. Dalam hidupnya, ia hanya berharap satu hal: Da-wit tumbuh sukses, agar tidak lagi diremehkan seperti dirinya.
Keinginan sang ibu inilah yang menjadi obsesi terbesar Da-wit.
Kehadiran Teman Lama dan Perangkap Besar
Ketenangan Da-wit terusik ketika seorang pria bernama Kim Ju-seop, teman lama dari SD, tiba-tiba muncul. Ia meminta tanda tangan Da-wit, mengajaknya minum, dan menemaninya hingga mabuk berat.
Keesokan harinya, Da-wit menemukan uang 1,2 miliar won di mobilnya.
Ia langsung sadar bahwa dirinya dijebak.
Lebih parah lagi, ada rekaman dashcam yang menunjukkan Da-wit dalam kondisi sangat mabuk menerima kotak berisi uang tersebut. Setelah diselidiki, ternyata “Ju-seop” bukan teman lamanya, melainkan seorang penipu berantai bernama Yoo Jae-beom, dan Ju-seop asli telah meninggal 10 tahun lalu.
Kasus ini membuat Da-wit berada di ambang kehancuran karier.
Dilarang Praktik Hukum dan Harapan Baru
Da-wit diskors dari dunia hukum demi meredam rumor suap. Ia terpukul—bukan karena malu, melainkan karena ia merasa gagal memenuhi harapan ibunya.
Dalam keputusasaan, ia berharap ada yang menolongnya. Harapan itu muncul dalam sosok Oh Jung-in, rekan muda yang dulu mengaguminya. Jung-in adalah putri dari Chairman Oh, sosok berpengaruh yang akhirnya membantu mencabut larangan praktik Da-wit.
Ia kemudian mengundang Da-wit untuk bergabung dengan firma besar Oh & Partner, salah satu firma hukum paling berprestise di Korea.
Da-wit sempat merasa bangga, mengira dirinya akan langsung naik ke posisi terhormat…
Neraka Basement Bernama Divisi Pro Bono
Hari pertama bekerja, Da-wit datang dengan senyum lebar dan gaya penuh percaya diri. Ia yakin akan duduk di kantor mewah dengan staf lengkap dan kasus-kasus premium.
Namun Jung-in justru membawanya ke ruangan gelap dan sempit di basement.
Itulah divisi Pro Bono, tempat pengacara menangani kasus gratis untuk masyarakat kecil.
Ruangan itu penuh berkas, meja lama, tiga pengacara yang terlihat pasrah… serta beberapa anjing yang sedang mereka bela dalam kasus perlindungan hewan.
Dan di sana, Da-wit bertemu kembali dengan Park Gi-bbeum—perempuan yang dulu ia perlakukan buruk.
Menyadari dirinya “dibuang” ke divisi gratisan, Da-wit frustasi dan keluar ke taman. Seekor anjing dari “klien” mereka tiba-tiba melompat ke arahnya, membuat kesal dan mempertegas bahwa hidupnya kini jatuh sedalam-dalamnya.
Review Pro Bono Episode 1
Pro Bono Episode 1 berhasil memadukan humor, kritik sosial, dan drama karakter dengan sangat efektif. Nada satir terasa dari awal hingga akhir, terutama saat menggambarkan bagaimana seseorang bisa terlihat “suci” di mata publik padahal menyimpan ambisi besar yang tak selalu bersih.
1. Karakter Kang Da-wit: Menyedihkan tapi kocak
Jung Kyung-ho kembali menunjukkan keahliannya memerankan karakter komedik-tragis. Ia menampilkan Da-wit sebagai sosok penuh kekurangan, namun tetap memiliki sisi manusiawi yang membuat penonton sulit sepenuhnya membencinya.
Di permukaan ia arogan, manipulatif, dan terobsesi dengan jabatan. Tetapi masa lalunya, keinginannya untuk memenuhi harapan ibunya, serta kejatuhannya yang tiba-tiba membuatnya terlihat rapuh dan realistis.
2. Formula drama yang sudah dikenal tapi efektif
Dari pacing dan struktur cerita, tampak bahwa Pro Bono kemungkinan besar akan mengikuti formula episodik seperti Extraordinary Attorney Woo atau Hospital Playlist, dengan:
- satu kasus pro bono per episode (atau dua episode),
- perkembangan karakter Da-wit sedikit demi sedikit,
- interaksi hangat antara anggota divisi yang penuh warna.
Jenis drama seperti ini sangat cocok untuk penonton yang ingin tontonan ringan, menyenangkan, dan penuh kehangatan tanpa plot twist yang rumit.
3. Komedi yang organik
Humor dalam episode ini berjalan mulus. Banyak momen lucu berasal dari ironi situasi—misalnya saat Da-wit merasa dirinya akan duduk di kantor top, tetapi justru terperosok ke ruang sempit penuh anjing.
Kesimpulan
Pro Bono Episode 1 menawarkan pembukaan yang kuat: lucu, satir, dan penuh potensi. Karakter utamanya memiliki banyak ruang untuk berkembang, dan konflik awal memberikan fondasi menarik untuk cerita selanjutnya. Drama ini sangat cocok untuk kamu yang membutuhkan tontonan ringan dengan tema hukum dan dinamika karakter yang hangat.
All Lists | Episode 2



