Idol I Episode 1 Recap & Review: Ketika Seorang Fans Menjadi Pengacara Sang Idola

Idol I Episode 1 langsung memperkenalkan konsep yang tidak biasa sekaligus provokatif: bagaimana jika seorang fans fanatik K-pop justru menjadi pengacara yang harus membela idola favoritnya dalam kasus pembunuhan? Premis ini terasa dekat dengan realitas fandom modern, sekaligus membuka ruang konflik emosional, moral, dan hukum yang kompleks.

Cerita dimulai dengan memperkenalkan Maeng Se-na, seorang pengacara muda spesialis pembelaan pidana, yang secara diam-diam menjalani kehidupan ganda. Di siang hari, ia dikenal sebagai pengacara rasional, tegas, dan sangat kompeten. Namun di balik jas formal dan ruang sidang, Se-na adalah fans garis keras Golden Boys, khususnya vokalis utama mereka, Da Ra-ik.

Mimpi Se-na dan Dua Dunia yang Berbeda

Episode dibuka dengan Se-na muda yang sedang merenungkan mimpinya. Dalam imajinasinya, ia membayangkan berdiri berhadapan dengan orang yang paling ia kagumi di dunia, seseorang yang ingin ia buat bahagia. Adegan ini langsung memberi petunjuk bahwa hidup Se-na tidak hanya berputar pada hukum dan karier, tetapi juga pada sosok idola yang ia puja dari kejauhan.

Di dunia nyata, Se-na sedang menangani kasus besar. Ia membela Lee Seong-ho, seorang atlet tenis terkenal yang dituduh melakukan pemerasan dan penyerangan. Opini publik sangat keras menentang Seong-ho, namun Se-na berhasil membalikkan keadaan. Dengan argumentasi hukum yang solid, ia membuktikan bahwa kliennya tidak bersalah dan memenangkan kasus tersebut.

Setelah vonis bebas dijatuhkan, Se-na bahkan berdiri di hadapan media dan memperingatkan siapa pun agar tidak lagi mencemarkan nama baik kliennya. Ia mengancam akan menempuh jalur hukum bagi mereka yang terus menyebarkan fitnah.

Keberhasilan ini membuat namanya semakin bersinar. Media memberitakan kemungkinan jaksa akan mengajukan sidang ulang, namun di firma hukum tempat Se-na bekerja, rekan-rekannya justru bersiap merayakan kemenangan tersebut. Mereka membicarakan bagaimana tindakannya memicu rapat darurat di kantor kejaksaan distrik dan bagaimana Se-na, meski masih sangat muda, akan diangkat menjadi partner firma.

Prioritas Se-na yang Tidak Dipahami Lingkungan Sekitar

Saat Se-na kembali ke kantor dan bersiap pulang, para senior dan juniornya membujuk agar ia ikut merayakan kemenangan dan promosinya. Namun Se-na menolak dengan alasan memiliki agenda penting malam itu.

Rekan-rekannya heran. Mereka menyadari bahwa Se-na tidak punya kehidupan sosial yang jelas. Tidak ada sahabat dekat di kantor, tidak pernah terlihat berkencan, dan selalu menjaga jarak. Mereka bertanya-tanya, apa yang bisa lebih penting dari pencapaian karier sebesar itu?

Jawabannya sederhana, namun tidak pernah mereka bayangkan. Se-na pulang lebih awal karena Da Ra-ik baru saja merilis lagu solo terbarunya.

Kehidupan Se-na sebagai Fans K-Pop

Di perjalanan pulang, Se-na memutar lagu baru Ra-ik berulang kali. Sesampainya di rumah, ia langsung berganti piyama dan membuka streaming platform. Ia menelusuri media sosial, menyukai setiap tweet, unggahan, dan artikel yang memuji lagu dan visual Ra-ik.

Kamar Se-na dipenuhi poster, standee, album, dan berbagai merchandise Golden Boys. Dunia pribadinya adalah kuil kecil yang didedikasikan untuk sang idola.

Momen ini terhenti ketika Chun-jae, sahabatnya, datang membawa ayam goreng dan bir. Awalnya Se-na mengabaikannya, namun akhirnya membiarkannya masuk.

Chun-jae menggoda Se-na, menyebutnya sebagai fans obsesif. Namun Se-na menepis anggapan itu. Ia menegaskan bahwa perasaannya terhadap Ra-ik adalah cinta sebagai penggemar, bukan cinta romantis. Bagi Se-na, batas itu sangat jelas dan tidak boleh dilanggar.

Da Ra-ik dan Tekanan Dunia Idol

Keesokan harinya, sudut pandang cerita beralih ke Da Ra-ik. Ia dikawal menuju panggung debut solo ketika seorang fans obsesif tiba-tiba menerjangnya sebelum keamanan sempat bertindak. Insiden ini langsung memberi gambaran tentang bahaya sasaeng dan hilangnya privasi yang dialami idol.

Di ruang tunggu, Ra-ik meluapkan kekesalannya. Ia mengeluh soal minimnya penata gaya, makeup artist, dan desainer kostum yang disediakan agensi. Manajernya sampai berlutut, memohon agar Ra-ik mau bekerja sama demi kelancaran jadwal.

Setelah adu mulut, Ra-ik akhirnya mengalah dan tampil di panggung.

Sementara itu, Se-na duduk di ruang sidang lain. Ia kesulitan berkonsentrasi karena memikirkan penampilan Ra-ik. Saat jaksa terus berbicara, Se-na berpura-pura mengalami gangguan pernapasan agar sidang dipercepat. Ia bahkan mendesak hakim untuk segera mengambil keputusan tanpa memberi waktu tambahan bagi jaksa.

Insiden di Pengadilan dan Masalah Tiket Konser

Keluar dari ruang sidang, Se-na tidak sengaja menabrak pengacara lain, Kwak Byeong-kyun, dan menumpahkan kopi ke sepatunya. Karena Se-na tidak meminta maaf dengan layak, Byeong-kyun menunggunya di luar toilet dengan kesal, tidak menyadari bahwa Se-na sudah kabur mengenakan baju santai.

Di sisi lain, Se-na meminta bantuan Chun-jae untuk mengungkap praktik calo tiket konser.

Sementara itu, Ra-ik menghadiri fan meeting dan mulai menerima panggilan serta pesan dari nomor tak dikenal. Ia sadar nomor pribadinya bocor. Kepanikan memuncak saat fans obsesif yang sama muncul di fan meeting dan menuduhnya sering mengganti nomor telepon.

Tekanan mental membuat Ra-ik mengalami serangan panik. Ia bersembunyi di toilet sambil meminum obat anti-kecemasan.

Malam yang Berubah Menjadi Skandal

Se-na tiba di lokasi fan meeting hanya untuk melihat para fans sudah membubarkan diri. Ia merasa kalah oleh kenyataan bahwa pekerjaannya selalu menghalanginya bertemu Ra-ik. Meski begitu, ia berjanji akan tetap mencintainya dari jauh.

Malam harinya, Ra-ik memandangi foto-foto lama mantan kekasihnya, sosok yang ia lihat sekilas di fan meeting. Ia minum sendirian, merenungi hidup yang sepenuhnya dikendalikan karier.

Tiba-tiba, dua fans obsesif menerobos masuk ke apartemennya. Dalam keadaan mabuk, Ra-ik mengusir mereka dengan kasar. Tanpa sepengetahuannya, kedua gadis itu merekam kejadian tersebut dan mengunggahnya ke internet.

Skandal pun meledak.

Dampak Skandal dan Kehilangan Kemanusiaan

Manajer dan CEO agensi memarahi Ra-ik karena memperparah situasi. Ra-ik menuduh agensi hanya memanfaatkannya demi uang. Ia lalu mengetahui bahwa lagu solonya turun ke peringkat sepuluh di hari debut akibat kontroversi tersebut.

Saat Ra-ik bersikeras bahwa dirinya adalah korban, CEO dengan dingin mengatakan bahwa idol harus selalu sempurna. Menurutnya, Ra-ik sudah kehilangan kemanusiaannya sejak memilih jalur ini.

Konser yang Berakhir Tragis

Di waktu yang sama, Se-na gagal mendapatkan tiket konser karena habis dalam hitungan detik. Ia menghubungi calo dan sepakat bertemu di luar venue.

Hari konser tiba. Ra-ik datang terlambat karena sesi terapi, membuat manajernya marah. Para member Golden Boys sudah menunggu, sementara fans mulai berkumpul.

Di luar venue, Se-na menghadapi calo dan mengancam akan melaporkannya. Sang calo kabur, membuat Se-na dan Chun-jae mengejarnya. Dalam kekacauan, Se-na salah mengira Ra-ik sebagai calo dan menarik maskernya.

Ia membeku saat menyadari siapa yang ada di hadapannya.

Ra-ik menarik Se-na mendekat untuk bersembunyi dari fans. Se-na hanya bisa menatapnya dengan mata penuh keterkejutan.

Di dalam venue, pertengkaran Ra-ik dengan Jae-hee memuncak menjadi perkelahian fisik. Young-bin mencoba melerai namun justru terjatuh dan mengalami patah tangan. Ia dibawa ke rumah sakit bersama Jae-hee, sementara Ra-ik dipaksa tetap tampil solo.

Akhir Episode yang Mengguncang

Di rumah, Se-na menonton konser secara daring sambil terus mengingat momen singkatnya dengan Ra-ik. Ia kemudian mengetahui cedera Young-bin dan membaca komentar online yang menyalahkan Ra-ik. Meski demikian, Se-na tetap membelanya di dunia maya.

Setelah konser, Ra-ik minum bersama Woo-seong, satu-satunya member Golden Boys yang tersisa bersamanya. Mereka berbincang tentang karier, pertengkaran, dan tujuan hidup sebagai idol.

Keesokan paginya, Ra-ik terbangun dan menemukan Woo-seong tewas bersimbah darah di ruang tamunya.

Episode berakhir dengan berita penangkapan Da Ra-ik atas tuduhan pembunuhan. Se-na melihat laporan tersebut dan segera berlari ke kantor polisi, menawarkan diri sebagai pengacaranya.

Review Episode 1 Idol I

Konsep seorang fans yang harus membela idola favoritnya di pengadilan terasa sangat relevan dengan budaya fandom saat ini. Membela idola dari tuduhan, skandal, dan komentar jahat di internet sudah menjadi aktivitas harian banyak penggemar K-pop.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa cerita ini juga terasa seperti fanfiction self-insert. Dan justru di situlah daya tariknya. Idol I dengan sadar bermain di wilayah fantasi penggemar, tanpa malu-malu.

Dinamika internal Golden Boys mengingatkan pada konflik nyata di industri K-pop. Beberapa adegannya bahkan memunculkan asosiasi dengan kasus BIGBANG dan kontroversi besar yang mengguncang dunia hiburan Korea.

Yang paling menarik adalah bagaimana drama ini menyoroti budaya stalking sasaeng dan dampaknya terhadap kesehatan mental idol. Idol I tidak mengglorifikasi fandom, melainkan memperlihatkan sisi gelapnya secara frontal.

Episode pertama berhasil membangun konflik emosional dan misteri hukum sekaligus. Dengan ending yang mengejutkan, Idol I jelas menyiapkan perjalanan panjang tentang obsesi, keadilan, dan batas tipis antara cinta sebagai fans dan kehancuran sebagai manusia.

All Lists | Idol I Episode 2

Sinopsis Drama Korea First Man (2025)Taxi Driver Season 3 Episode 5 Recap & Review: Masa Lalu Sung-chul yang Kembali Menghantui

Related

Tinggalkan komentar