Sekarang kita sampai di sinopsis drama Korea Hotel Del Luna episode 4 part 1. Man Weol dan Chan Seong masih berdiri di depan pohon besar itu.
“Aku yakin ada hal yang kau rindukan di masa lalu yang tak bisa kau putar kembali. Sepertinya aku melihat itu. Aku melihatmu dalam mimpi.” kata Chan Seong.
“Mimpi?” Man Wol heran.
“Kau tersenyum, di bawah pohon besar. Saat seseorang bilang akan membangun rumah untukmu… Kau berkata semaumu seperti kini, tapi kau gembira… orang yang mengajari cara menulis namamu, Man Weol. Apa itu orang yang paling kau rindukan selama kau tinggal di sini?”
Man Weol tertegun mendengar pertanyaan ini. Tapi kemudian,”Kenapa kau melihat hal seperti itu?” tanyanya.
“Kenapa aku melihatmu? Aku takut kemungkinan harus menerima konsekuensi. Hal apa sebenarnya yang ingin kau tahu? Kau pikir aku di sini untuk membantumu mengetahui apa yang gagal kau pecahkan?” nyerocos Chan Seong bicara ini. Ia berhenti sebentar. Man Weol hanya diam. Chan Seong kemudian berjalan mendekati pohon besar yang tidak ada daunnya itu. Ia menyentuh ranting keringnya. Tiba-tiba saja … daun-daun mulai muncul saat Chan Seong menyentuh ranting pohon itu.
Pohon yang semula kering, sekarang ditumbuhi daun yang lumayan rimbun. Chan Seong hanya bengong. Sementara Man Weol tertegun menyaksikan kejadian ini. Ia kemudian teringat dengan perkataan nenek Mago kepadanya. Bahwa dia tak bisa mati. Dia terikat pada Pohon Bulan, dan aliran hidup dan mati sudah berhenti baginya. Ma Go juga mengatakan, daun bertunas, serta bunga bermekaran dan berguguran. Waktunya akan mulai mengalir sekali lagi.
Chan Seong yang masih kaget berkata,”Pohonnya berubah.”
“Benar. Kau mungkin benar-benar berubah menjadi seseorang yang jauh lebih istimewa daripada yang kuduga.” kata Man Weol.
***
Di suatu jalan, nenek Ma Go berjalan cepat sambil membawa keranjang yang terisi penuh dengan bunga. Di sana sudah ada grim reaper yang tengah berbicang dengan arwah orang tua.
“Aku tak bisa pergi begitu saja. Bagaimana dengan anjingku, Soon Dol?” si Bapak tua tampak kesal.
“Tak ada yang bisa kau lakukan saat kau mati.” jawab si grim reaper kalem.
“Aku tak tahu! Aku tak tahu!” ia langsung berjalan menembus pintu masuk kembali ke rumah. Nenek Ma Go melihatnya lalu mendesah.
Di dalam rumah, si kakek berbicara pada anjingnya yang sedang menunggui jasadnya. “Soon Dol. Kau harus menggonggong untuk hidup. Jika tidak, kau akan mati. Aigoo… Menggonggong! Kau harus menggonggong!”
Di luar, grim reaper ngobrol dengan nenek Ma Go,”Sudah seminggu, dan dia masih tak mau mengalah.”
“Itu karena masih ada sesuatu yang dia jaga.” jawab Ma Go,”Pada saat seperti ini, tak apa untuk membantunya sedikit.” katanya lagi sembari masuk ke rumah kakek. Lalu keluar lagi.
“Tinggalkan saja dia. Dia tak akan bergentayangan terlalu lama. Dia akan temukan jalan menuju Sanggarlokanya Man Weol.” kata Ma Go
“Sekarang Hotel Del Luna, bukan Sanggarloka Man Weol.” kata grim reaper, yang juga main di drama Confession ini.
“Ya, aku lupa. Sanggarloka Man Weol, Penginapan Man Weol, dan Hotel Del Luna. Nama tempat itu sering berubah, tapi pemiliknya sama sekali tak berubah.” kata Ma Go
“Dia belum berubah selama lebih dari 1.000 tahun. Dia tak ada harapan.” sahut grim reaper datar.
“Itu sebabnya aku mengirim orang ke sana.”
“Apa kau akan mengganti pemilik?” tanya si grim.
“Man Weol sangat keras kepala, aku mengirimi dia bantuan.” kata Ma Go tersenyum lebar.
***
Di hotel, Man Weol dan Chan Seong masih ada di bawah pohon. Dengan masih penasaran, Chan Seong bertanya,”Kenapa pohonnya berubah?”
“Kenapa lagi? Itu gara-gara kau.” jawab Man Weol
“Gara-gara aku?”
“Kenangan lama yang sudah mengering merayap lagi gara-gara kau.”
“Apa yang kulakukan? Yang kulakukan adalah memberitahumu soal mimpiku tentangmu. Melihat hantu adalah bagian dari pekerjaanku, tapi mimpi tak ada hubungannya dengan pekerjaanku. Aku tak ingin diperlakukan tak adil atas sesuatu yang tak pernah kuminta.” kata Chan Seong.
“Kau akan diperlakukan tak adil karena kau sudah memprovokasiku. Pohon itu menjadi buruk gara-gara kau.”
“Aku mengerti kau rumit, tapi jangan memutarbalikkan kebenaran. Pohon itu hidup dan sehat.” kata Chan Seong.
“Itu adalah… masalah. Kau baru saja melindungi sesuatu yang seharusnya tak dilindungi.”
“Melihat kau sangat marah, sepertinya mimpiku benar-benar tentang masa lalumu. Apa kau malu karena aku melihat masa lalumu?” tanya Chan Seong.
“Benar. Aku sangat malu sekarang. Jadi, aku harus memastikan apa yang terjadi.”
Setelah berkata demikian, Man Weol berjalan mendekati Chan Seong. Dan.. mendorongnya sampai jatuh terduduk.
“Apa yang kau lakukan? Ini salah.” Chan Seong panik.
“Diam saja.”
“Jangan seperti ini.” kata Chan Seong.
“Chan Seong, ayo tidur.”
Mendengar ini, Chan Seong kaget dan sumuk.
“Jang Man Weol!”
“Kau harus tidur agar memimpikan itu. Aku harus memastikan sendiri apa kau benar-benar melihatku dalam mimpi atau apa kau menipuku berdasarkan rumor yang kau dengar di hotel ini. Chan Seong, tidurlah.” perintah Man Weol saat mereka sudah pindah ke kamar.
“Aku tak bisa tidur seperti ini. Dan aku tak dapat menjamin aku akan memimpikan itu lagi bahkan jika aku tidur.”
“Lalu, tidur di sebelahku sampai kau memimpikan itu.” kata Man Weol.
“Aku tak ingin tidur di sebelahmu.”
“Diam dan tidurlah selagi aku masih baik.” Man Weol lagi.
“Baik. Aku akan tidur. Kau bisa tidur di sebelahku atau melihatku tidur. Lakukan semaumu.” Chan Seong berubah kesal.
“Aku akan membunuhmu jika nyatanya kau berbohong.”
“Kau mengharapkan kebohongan karena kau tak suka aku melihat masa lalumu. Aku tak akan mengatakan lagi apa yang kulihat dalam mimpiku karena kau sangat membencinya. Kau bisa membunuhku atau membiarkanku hidup. Lakukan semaumu.” kata Chan Seong.
“Lupakan. Aku tak akan tidur di sebelahmu.”
“Apa kenangan lama yang kuhidupkan kembali sangat menyakitkanmu? Karena pria itu? Karena kau terus memikirkannya?” tanya Chan Seong.
“Tutup mulutmu kecuali kau ingin seperti pohon itu.” teriak Man Weol
“Siapa pria itu?” tanya Chan Seong.
“Kenapa? Kau pikir itu mungkin kau?”
“Aku memang penasaran. Apa yang kulihat bisa jadi kenangan dari kehidupan masa laluku yang tak kuingat.” Chan Seong lagi
“Tak mungkin kau adalah dia.” kata Man Weol.
“Kenapa? Kau berada di pikiranku sejak memimpikan itu. Kau dan aku mungkin akan kembali jauh.”
Man Weol berjalan mendekati Chan Seong. Ia meletakkan telapak tangannya di dada Chan Seong. Diam sejenak, seperti berusaha merakan sesuatu.
“Kau bukan dia. Aku tak merasakan apapun. Jika kau adalah dia, perasaanku mungkin takkan seperti ini.” kata Man Weol
“Syukurlah. Barangkali saja, “Bagaimana jika aku adalah pria yang dia sukai di masa lalu?” Sangat menggangguku. Kau tak punya perasaan padanya? Sepertinya kau sangat menyukainya.”
“Ku Chan Seong! Jika kau terus melontarkan omong kosong yang tak berguna, kau harus menerima konsekuensinya.”
“Konsekuensi untuk apa? Kenapa? Apa kau tak akan menggajiku? Aku sudah tanda tangani kontrak!”
“Ku Chan Seong! Mulai hari ini, terimalah hantu.”
***
Di depan Chan Seong, berdiri tamu yang harus dilayani. Melihat penampakannya, Chan Seong tentu takut. Ia coba bertanya,”Kapan kau meninggal? Sepertinya kau lama tersesat. Aku akan membantumu.”
Hantu itu membuka mulutnya, tapi yang keluar adalah suara yang menggorok. Chan Seong langsung memalingkan wajahnya. Melihat ini, Hyun Joong si resepsionis langsung mengambil peran,”Aku akan pastika kau dapat menggunakan layanan kecantikan dan rambut kami. Lewat sini. Silahkan naik lift.” katanya pada si hantu perempuan yang kepalanya mengleng ini. Si hantu mengikuti Hyun Joong ke lift.
“Apa yang terjadi? Apa Sajang-nim masih marah meski sesudah minum segelas sampanye?”, tanya Hyun Joong setelah kembali ke mejanya lagi, serta melihat ekspresi Chan Seong.
“Aku pasti membuatnya marah. Sepertinya dia marah. Dosa macam apa yang dilakukan Jang Man Weol di masa lalu? Apa ada hubungannya dengan hubungan asmara?”
“Aku tak tahu.”
“Pernahkah kau mendengar sesuatu soal pria yang mungkin dia tunggu?”
“Tidak, aku tak tahu.”
“Benarkah? Dia tak menunggunya?” Chan Seong masih penisirin.
“Jaebiin-nim. Kau mengkhawatirkan dia?”
“Tidak, sama sekali tidak.”
“Dia tak menunggu urutan pertama dan kedua. Siapa yang peduli jika kau berada di urutan ketiga? Kau sudah di sini.”
“Ji Hyun Jung. Aku tak peduli sama sekali pada Jang Man Weol. Juga, aku tak berada di urutan ketiga. Aku adalah nol. Aku mengalahkan semua orang.”
“Nol? Ya, ya.”
“Aku serius.”
“Baik, kau adalah urutan nol.”
“Tapi semua tak berguna. Dia bilang tak merasakan apa-apa.” Chan Seong akhirnya.
Tiba-tiba Hyun Joong mengkirik.
“Apa perasaan seram ini? Sepertinya banyak pelanggan akan datang. Kau baik-baik saja?”
“Entahlah.”
“Saat pelanggan kali pertama tiba, seringnya mereka hancur dan robek. Terkadang, mereka memiliki suatu tanda. Tapi semua pelanggan yang akan kau lihat di sini bersih, tak apa.” kata Sun Bi.
“Kini aku cukup berpengalaman untuk menangani ini.”
Tiba-tiba si hantu kopi yang ketemu dia di top roof, muncul. Kaget Chan Seong.
“Berikan kopi lagi.” kata si hantu.
“Oh, kita sudah kehabisan biji kopi. Tunggulah sebentar. Kami akan membawanya ke tempat dudukmu.” kata Sun Bi.
“Bagaimana kau mendapatkan bahan makanan dan minuman di sini?” tanya Chan Seong penasaran. “Kau tak dapat mengirimkan barang dari toko.”
“Kami mendapatkannya dari Alam Baka. Saat kami melayani pelanggan dengan baik di hotel dan membantu mereka naik ke alam baka, kami mendapat imbalan atas pekerjaan kami.”
“Maksudmu, arwah membayarmu?”
“Mereka meninggalkan energi yang baik. Dan energi itu membuat bunga-bunga di kebun mekar. Semakin sedikit penyesalan yang mereka bawa, semakin indah bunganya. Saat kebun dipenuhi bunga, Ma Go mengambilnya dan mengirimi persediaan yang kami butuhkan sebagai imbalan.” jelas Sun Bi.
“Lalu, kenapa Jang Man Weol perlu mendapatkan uang melalui arwah?”
“Semuanya untuk gaya hidupnya yang mewah. Dia menghabiskan semua uang untuk sampanye mahal, pakaian, perhiasan, dan mobil. Bagaimana mungkin seseorang yang dihukum memiliki sikap seperti itu?”
Bersambung ke sinopsis drama Korea Hotel Del Luna episode 4 Part 2 yaa..