Kali ini, kami bagikan sinopsis Drama Korea Diary of a Prosecutor Episode 1. Di sebuahtempat yang cukup gelap, suasana terlihat sangat sunyi. Lee Sun Woong melihat pria yang duduk di sampingnya. Kim In Joo mulai dengan puisi “Aku memancing di dekat sungai ini seharian, tapi yang kutangkap hanya ikan kecil sebelum berhenti. Meskipun merasa getir, aku harus merelakannya. Tidak mudah menangkap ikan besar.”
“”Pasang tali pancingmu dan lihatlah bulan. Malam telah datang. Aku mendengar suara burung hantu. Aku masih terjaga, jadi, aku tetap di sini sebentar.” Balas Sun Woong
“Malam ini terlalu indah jika kita hanya melihat joran. Kita juga harus mengagumi bebatuan, air, dan bulan.” Kata Tuan Kim. Sun Woong membenarkan.
“Bahkan Gunung Kumgang harus menunggu sampai kau selesai makan.” Kata Tuan Kim
“Ini bukan makanan spesial, tapi silakan ambil satu.” Kata Sun Woong membuka makananya. Tuan Kim senang karena itu saran yang bagus
Tiba-tiba terdengar suara sirine dari atas, polisi sudah ada di atas tebing dengan lampu sentar. Sun Woong dan Tuan Kim bingung, Polisi menyuruah mereka naik ke atas karena dilarang mancing ditempat itu. Sun Woong kaget karena Tuan Kim sudah tak ada di sampingnya.
Tuan Kim kabur dengan masuk ke dalam air. Sun Woo kebingungan karena banyak polisi yang akan menangkapnya. Polisi memperingatakan kalau iini zona dilarang memancing. Semua yang ada di bawah panik.
“Ada kutipan terkenal dari Laksamana Yi Sun Sin. “Mereka yang ingin hidup akan mati, dan mereka yang rela mempertaruhkan nyawa akan hidup.”
Seorang polisi berjalan ke bawah melihat ada sesuatu yang tertutup. Sun Woong akhirnya ketahuan bersembunyi di balik jaket.
“Kurasa aku tidak punya cukup kemauan untuk merelakan nyawa.”
Di kantor polisi Semua orang sudah berkumpul, salah satu pria dengan bangga memperlihatkan ikan besar tangkapanya. Semua terpana melihat ikan yang masih hidup. Sun Woong melirik melihat ikan yang besarnya sekitar 50 cm.
“Astaga, bau apa ini? Pak, masukkan itu kembali. Apa yang kamu lakukan? Memangnya ini pasar ikan?” keluh polisi masuk ke dalam ruangan. Sun Woong pun terlihat bersembunyi di balik dinding
“Astaga, kalian semua sangat berani. Kenapa kalian menangkap ikan di dalam pangkalan militer? Itu melanggar hukum. Kalian tahu itu, bukan? Kalian semua pasti tahu itu.” Kata Polisi. Semua menganguk mengerti.
“Baiklah, kalau begitu. Mulai darimu, berikan KTP dan jawab saja pertanyaan kami dengan jujur. Ayo. Duduklah dan Cepat” kata Polisi
Sun Woong duduk melihat ikan yang masih hidup lalu teringat sesuatu sambil bergumam “Entah apakah dia bisa keluar dengan selamat.” Tuan Kim terlihat masih berenang membelah lautan di malam hari. Polisi mulai menginterogasi orang-orang.
Satu pria mengaku punya toko perangkat keras. Sun Woong yang mendengarnya mengeluh kalau pria itu beruntung. Pria yang lain mengaku pengangguran. Sun Woong mengeluh kalau iri kepadanya. Pria lainya mengaku mengajar piano untuk anak-anak.
“Astaga, kenapa kamu melakukan ini padahal kamu mengajar anak-anak?” komentar Polisi. Sun Woong pun mengeluh kalau ia yang melakukan ini
Polisi pun memanggil yang lainya. Sun Woong akhirnya duduk dengan wajah tertunduk. Polisi meminta ID Cardnya. Sun Woong hanya diam dan terlihat ragu. Polisi kembali meminta ID Cardnya. Akhirnya Sun Woong memberikan ID Cardnya pada polis wajahnya terlihat tegang.
Akhirnya Polisi melihat ID Card dan Polisi menanyakan pekerajaanya. Sun Woong menjawab bekerja di sebuah perusahaan. Polisi seperti melihat data Sun Woong lalu memanggilnya. Sun Woong menutup matanya seperti merasa akan dipenjara.
Polisi memanggil Sun Woong lagi mengembalikan ID Cardnya dan menyuruh pergi. Sun Woong bingung tapi polisi menyuruh mereka semua yang sudah selesai boleh pulang dan akan memanggil kalian lain kali. Sun Woong bisa bernafas lega membawa alat pancingnya dan akan pergi.
Tapi saat akan pergi seorang pria masuk ruangan dan mengenali wajah Sun Woong. Sun Woong panik ingin membalikan badan tapi Si pria mengenal Sun Woong kalau sudah 1 bulan yang lalu dan Sung Woong tak bisa mengelak.
Di depan kantor polisi Jinyeong terlihat slogan bertuliskan “Kepolisian Jinyeong Melindungi Keselamatan dan Kebahagiaan Warga” Sun Woong akan pergi meninggalkan kantor polisi, tapi pria itu malah menyuruh Sun Woong naik ke mobil polisi.
Sun Woong menolak tapi si pria memaksa dan mendorong masuk ke dalam mobil dan menyuruh anak buahnya pastikan mengantarnya dengan aman. Di tengah jalan, Sun Woong meminta menurunkan di sekitar sini. Polisi langsun menolak.
“Dia menyuruhku mengantarmu sampai tempat tujuan.” Ucap Si polisi. Sun Woong pun hanya bisa menghela nafas.
Di kantor kejaksaan, semua seperti sedang keluar untuk makan siang. Sun Woong menutupi wajahnya saat masuk ke gedung kejaksaan. Semua bingung siapa yang datang dengan mobil polisi. Sun Woong akhirnya turun dari mobil.
“Datanglah tiap kali ada waktu untuk wawancara tambahan. “ kata Polisi. Sun Woong mengangguk mengerti
“Apa yang dia lakukan?” Ucap Jo Min Ho lalu berjalan mendekati Sun Woong begitu dan menyuruh segera berganti pakaian. Sementara yang lainya menatap heran pada Sun Woong dan memilih untuk meninggalkanya.
“Ada apa ribut-ribut? Kamu mungkin bertanya-tanya kenapa reaksiku berlebihan, tapi kau tidak tahu situasiku.” Gumam Sun Woong sambil mengeluh
Di sebuah ruangan, MC memberitahu Sekarang, kepala cabang akan memberikan pidato. Di depan panggung bertuliskan spanduk “Jinyeong Bekerja Keras untuk Warganya yang Ramah dan Bahagia” Sun Woong sudah berganti pakaian bergegas masuk ruangan.
“Saat dan jika tertangkap polisi, orang seperti kami juga akan mengalami masalah yang sama seperti para penjahat.”
Sementara di depan podium, Tuan Kim menyapa keluarga Cabang Jinyeong dan mengucapkan selamat pagi untuk mereka semua.
“Kami adalah jaksa di Cabang Jinyeong.” Terlihat di dinding bagian depan tertulis “Kejaksaan Jangwon, Cabang Jinyeong”
Terlihat jembatan dengan air yang membiru. Sun Woong bercerita tentang Jinyeong, yaitu kota nelayan yang penuh dengan budaya.
“Apa Kau pernah ke Jinyeong? Ini kota pelabuhan yang terletak di pesisir selatan. Sekitar 200 kilometer lebih besar daripada Seoul, tapi seluruh populasinya lebih sedikit daripada Dobong-gu, Seoul.”
Sun Woong membandingkan populasi “Dobong-gu, 330.000, Jinyeong, 320.000”
“Fakta bahwa sebagian besar uang korban yang hilang adalah tabungan pensiun penduduk setempat.. Kita, para jaksa di Jinyeong….” ucap Tuan Kim memberikan pidatonya.
“Ini cabang kecil yang hanya terdiri dari 12 jaksa, termasuk kepala cabang. Tapi cabang kami telah mencetak dua rekor unik.
“Pertama, kami satu-satunya cabang yang lupa dikunjungi oleh Jaksa Agung saat dia sedang blusukan ke cabang cabang daerah di luar Seoul.”
Semua jaksa sudah bersiap dengan spanduk “Cabang Jinyeong Menyambut Jaksa Agung ke-39” tapi ternyata Jaksa Agung tak jadi datang. Jaksa ke 40, 41 tak ada yang datang ke tempat mereka.
“Tiga kali berturut-turut. Mengenai rekor yang kedua, aku akan memberitahumu nanti.” Terlihat Kamera yang mengarah pada ruangan 309
Di ruangan rapat, Tuan Kim duduk di tengah. Jaksa Nam duduk didepan Tim Jaksa Jo Min Ho. Ia mengaku sudah menjadi jaksa selama 18 tahun, dan belum pernah mengalami hal memalukan. Ia menyindir Seorang jaksa dengan sukarela terlibat aktivitas ilegal dan ditangkap oleh polisi.
“Tunggu, aku harus memperkenalkan kolegaku dahulu… Ini Nam Byung Jun, kepala Departemen Kriminal Satu.”
Kau benar-benar menghancurkan reputasi dan citra publik kejaksaan. Bagaimana kita membawa ketertiban dan kedisiplinan ke kota ini? Ketegangan seputar otoritas investigasi meningkat. Jadi, ini tidak bisa dimaafkan.” Kata Tuan Nam tegas.
“Pak… Jangan abaikan ini tanpa sanksi. Kita harus mengajukan ini ke komite pendisiplinan. Aku yakin dia pantas menerima teguran keras.” Ucap Tuan Nam pada Tuan Kim
“Astaga, Pak… Perbuatannya tidak dewasa dan memalukan, tapi dia benar-benar menyesalinya. Jadi, tolong maafkan dia.” Kata Tuan Jo membela juniornya.
“Dampak buruknya telah terjadi. Dia seharusnya berhati-hati sejak awal.” Kata Tuan Nam. Sun Woong akhirnya berdiri membungkuk meminta maaf lebih dulu pada Tuan Kim.
“Aku sungguh minta maaf. Karena kesalahanku, aku akhirnya mempermalukan kalian semua, termasuk Kepala Kim dan Pak Nam. Itu sangat menyiksaku, dan aku merasa tidak enak. Tidak ada yang bisa kukatakan.” Kata Sun Woong
“Namun, sebagai jaksa penuntut umum negara ini, aku akan menderita karena hati nurani yang bersama jika aku tidak mengatakan ini. Di TKP kemarin, sepertinya ada…” kata Sun Woong melirik pada Tuan Kim
“Pak Lee.. Karena dibutakan oleh keserakahan, orang terkadang memasuki tempat yang dilarang. Karena ini pelanggaran pertamamu, aku akan membiarkannya kali ini.” Ucap Tuan Kim
Tuan Nam dkk langsung mengeluh dengan keputusan Tuan Kim, Tuan Km tak memperdulikan menyuruh Sun Woong agar duduk. Sun Woong pun langsung mengucapkan terima kasih. Tuan Nam masih ingin protes. Tuan Kim langsung menghentikanya.
“Cukup… Aku tidak mau ini dibahas lagi.” Tegas Tuan Kim. Sun Wong pikir itulah kepala cabang mereka.
“Dengan bertekad untuk tidak dipermalukan polisi, dia berenang 2,8 km melawan angin dan ombak. Aku yakin dia akan kehabisan energi di setengah perjalanan.”
Tuan Kim berenang tanpa henti lalu ditengah jalan terlihat lelah membuka cangkang kerang dan langsung memakanya. Ia lalu kembali berenang untuk menyelamatkan diri.
“Jadi, bagaimana dia bisa berenang sejauh 2,8 km? Apakah dia hanya mengandalkan tekad?”
Tuan Kim akhirnya sampai di sebuah pelabuhan dan berjalan pulang demi menyelamatkan diri dari polisi. Ia mendapatkan julukan “Kepala Cabang Jinyeong, Kim In Ju, juga dijuluki Berang-berang Laut”
Keduanya keluar dari ruangan, Min Ho mengeluh pada Tuan Nam itu mengarahkan jari kepada koleganyaseperti itu. Tuan Nam menyindir Min Ho itu seharusnya mengurus timnya dengan nada menyindir kalau lebih baik karena Salah satu dari mereka lebih pantas menjadi pemancing daripada jaksa.
“Satu hal lagi… Astaga, lupakan saja.” Ucap Tuan Nam lalu melangkah pergi. Min Ho penasaran ingin tahu apa itu.
“Selesaikan ucapanmu.. Hal lain apa?” teriak Min Ho, Tuan Nam tak peduli langsung berjalan begitu saja.
“Teman-teman, apa yang akan dia katakan tentangku?” tanya Min Ho pada anak buanya, tapi semua memilih pergi.
Sun Woong menatapnya. Min Ho ingin tahu apa itu. Sung Woong hanya diam saja dan pergi.
“Itu Kepala Departemen Kriminal Dua, Cho Min Ho. Dia berusaha keras untuk tetap muda. Sayangnya, itu bisa menjadi cukup memalukan.”
Min Ho menaiki sepeda dengan peralatan yang lengkap, lalu masuk ke gedung kejaksaan tanpa berganti pakaian. Oh Yoo Jin baru saja keluar dengan terburu-buru mengunakan jubahhnya, Min Ho menyapa dan bertanya apakah akan menghadiri sidang.
“Iya…. Astaga. Pak Cho.” Keluh Yoo Jin melihat Min Ho. Min Ho tak mengerti bertanya ada apa. Yoo Jin yang terburu-buru pun tak membahasnya.
“Kepala Departemen Kriminal Dua, Cho Min Ho, Baru saja bercerai”
Yoo Jin mengendong anaknya yang sedang minum susu sambil memakain masara. Ia pun bergegas masuk ke dalam ruang sidang dan sudah terlambat. Hakim yang sudah ada di dalam ruangan, Beberapa pria kekar langsung menyapanya.
“Itu Jaksa Oh Yoon Jin. Di Unit Kejahatan Kekerasan, dia sering bertarung dengan geng. Tapi kini dia bertarung dengan bayi-bayinya yang baru lahir.”
Yoo Jin sudah duduk di bangkunya, lalu bingung melihat isi tasnya bukan berkas tapi barang-barang perlengkapan anaknya. Hakim menatapnya, Yoo Jin memberikan kode agar menunda 30 menit. Hakim memberitahu kalau mereka akan menunda selama 30 menit.
“Karena dia juga harus menangani persidangan, yang dibutuhkan Jaksa Oh saat ini adalah…
“Jaksa Oh Yoon Jin, Anggota Unit Kejahatan Kekerasan menjadi ibu pekerja”
Seorang pria sedang menghitung akan didepannya, dengan mulai saling mengalikan angka-angka yang dilihatnya. Jaksa Hong melihat nomornya yang didapatkan dari menang lotre, setelah itu ia mencoba agar mendapatkan hadiah yang lainya, “Itu Jaksa Hong Jong Hak. Lima tahun lalu, dia membeli tiket lotre yang memenangkan hadiah kedua dan mendapatkan 20.000 dolar. Dia memang pria yang beruntung.”
“Karena bermimpi untuk menjadi kaya sejak itu, dia telah menghabiskan hampir 30.000 dolar untuk tiket lotre. Dia masih yakin akan memenangkan hadiah pertama kelak.”
“Jaksa Hong Jong Hak, Bertugas menangani aktivitas spekulatif”
“Itu Jaksa Kim Jung Woo. Dia jaksa pemula, yang dilatih olehku.”
Jung Woo bersadar di depan meja kantor lengkap dengan papan namanya seolah sedang minum dan ada kamera di depanya. Sung Woong bingung bertanya sedang apa. Jung Woo menyuruh agar pergi saja setelah foto yang bagus langsung menguploud pada SNS.
“Berdasarkan pengamatanku sebagai mentornya, biar kuberi tahu sesuatu. Perjalanannya masih panjang sebagai jaksa.”
“Jaksa baru Kim Jung Woo Dia hanya anak-anak”
Di lorong ruangan jaksa banyak yang lalu lalang dengan banyak orang yang berkerja. Sun Woong memberitahu kalau tidak semua orang di kejaksaan adalah seorang jaksa.
“Mereka yang bekerja paling dekat dengan kami adalah para penyidik dan asisten. Penyidik yang bekerja denganku memiliki pengalaman 30 tahun. Namanya Jang Man Ok.”
Seorang wanita dengan pakaian khas China dengan membawa rantang dan berteriak menanyakan dengan bahasa mandarin “Di mana suamiku? Aku tidak bisa menghubunginya semalaman. Polisi menyuruhku bertanya ke Konsulat.” Semua sedang makan hanya bisa melongo.
“Tapi saat aku ke sana, mereka bilang dia di sini. Jadi, aku pergi jauh-jauh kemari dari Busan. Apa ada yang mengerti ucapanku?” kata si wanita. Semua masih melongo.
“Siapa kamu? Apakah kau istri Mingqing?” tanya Seorang wanita paruh baya dengan bahasa mandarin yang fasih. Si wanita membenarkan.
“Interogasi sudah berakhir. Kau mengerti maksudku?” kata Nyonya Jang . Si wanita menganguk mengerti.
“Ayo. Aku akan mengantarmu menemuinya.” Kata Nyonya Jang memberikan kode bisa menyelesaiaknya.
“Penyidik Jang Man Ok, Seorang penyidik veteran”
Yoon Jin pun bertanya-tanya Kapan Nyonya Jang belajar bahasa Mandarin. Sun Woong mengaku mulai bertanya-tanya adakah yang tidak bisa dia lakukan. Jong Hak pikir mereka saatnya menyelesaikan ini dan langsung mengatakan Batu, kertas, gunting. Mereka dengan cepat langsung mengeluarkan jarinya, Sun Woong seperti apes, kalah karena membereskan semua piring. Semua akhirnya mengucapkan terima kasih lalu bergegas pergi.
“Terakhir, itu aku.”
Sung Woong keluar dari kantor kejaksaan lalu tak sengaja bertemu seseorang lalu menyapa salah seorang. Setelah itu Ia menaruh bekas makan didekat pot tanaman yang besar.
“Aku sudah menjadi jaksa selama sepuluh tahun. Sudah satu setengah tahun sejak aku pindah ke cabang ini. Sejujurnya, aku tidak pernah sebahagia ini. Karena akhirnya aku kembali ke kampung halamanku, Jinyeong.”
“Aku tidak pernah bekerja di departemen elite seperti Keamanan Publik dan Investigasi Khusus. Aku dari Departemen Kriminal. Sebenarnya, di sanalah tempat 90 persen jaksa berada. Sebagian besar tugas mereka adalah hal seperti ini.”
Sung Woong mengangkat telpnya menelp seseorang bertanya apakah ini Bu Park Jung Nam lalu memberitahu kalau ia Jaksa Lee Sun Woong yang bertanggung jawab atas kasusnya.
“Ya, itu benar…. Kau tidak perlu memanggilku begitu. Kau bisa memanggilku Sun Woong… Omong-omong, Bu, kenapa tidak datang ke sini? Aku tahu ini merepotkan, tapi tolong datanglah sekali saja. Aku akan sangat membantu.” Kata Sun Woong.
Jung Wook pun menatap seniornya dengan tatapan heran. Sun Woong terus bicara memohon agar bisa membantu dan datanglah. Jung Wook bertanya pada Nyonya Jang opa dia harus bertindak sejauh itu. Nyonya Jang menjawab separuh tugas memanggil orang.
“Kau hanya perlu datang ke sini… Tentu saja… Baiklah. Terima kasih, Bu.” Ucap Sun Woong mencoba menutup telp tapi Nyonya Park terus bicara.
“Jaksa Lee Sun Woong, Karakter utama, seorang ahli memohon”
Nyonya Jang berkomentar kalau Nyonya Park itu sangat keras kepala saat meneleponnya dan menurutnya Kemampuan Sung Woong itu sungguh luar biasa. Sung Woong dengan bangga kalau tidak pernah gagal.
“Omong-omong, wanita itu adalah korban. Kenapa dia tidak mau menemui jaksa?” kata Jung Woo
“Kita lihat saja saat bertemu dengannya. Kita mewawancarai para korban hari ini, bukan?” kata Sung Woong. Nyonya Jang membenarkan nanti pukul 14.00. Sung Woong mengerti.
Di ruang interogasi, Seorang pria duduk dengan mata tertutup. Sung Woong duduk dengan Nyonya Jang di sampingnya. Ia memanggil nama Pak Lee Sun Cheol memberitahu Pada tanggal 18 Februari, menerima biaya pengusiran setan sebesar 2.000 dolar tunai dari korban bernama Park Jung Nam.
“Apa itu benar” tanya Sung Woong. Tuan Lee membenarkan. Sun Woong memberitahu Putra korban menuntut karena Tuan Lee menerima uang itu tanpa melakukan pengusiran setan.
“Ayolah, jangan konyol… Pasti ada kesalahpahaman. Aku sudah melakukan pengusiran setan. Sebanyak 21 kali.” Kata Tuan Lee.
“Kalau begitu, apakah korban Park Jung Nam atau putranya hadir saat pengusiran setan?”
tanya Sun Woong
“Sebenarnya tidak. Aku sendirian.” Kata Tuan Lee. Sun Woong pikir dari sudut pandang korban, korban tidak akan tahu apakah Tuan Lee sungguh melakukan pengusiran setan.
“Kenapa kamu tidak mengundang korban saat melakukannya?” tanya Sun Woong.
“Astaga, Jaksa Lee… Bu Park adalah salah satu pelanggan tetapku. Tiap kali wanita tua itu dalam masalah, menurutmu berapa kali aku melakukan pengusiran setan? Aku selalu melakukannya sendiri. Itu karena kepercayaan di antara kami.” Kata Tuan Lee.
“Kamu pikir aku apa? Aku penipu? Yang benar saja. Aku tidak percaya ini…” kata Tuan Lee marah
“Aku mengerti. Tenanglah… Kalau begitu, adakah yang bisa membuktikan kau benar-benar melakukan pengusiran setan?” tanya Sun Woong
“Paman Gi Bok mungkin melihatnya.” Kata Tuan Lee. Sung Woong pun mencatat nama Paman Gi Bok dan ingin tahu siapa nama keluarganya.
“Jang Gi Bok.” Jawab Tuan Lee. Sung Woong mencatatnya dan ingin tahu Berapa nomor ponselnya
“Dia mungkin tidak punya ponsel.” Kata Tuan Lee. Sung Woong dan Nyonya Jang terlihat bingung.
“Dia meninggal tiga tahun lalu.” Kata Tuan Lee. Sung Woong menghela nafas lalu mengartikan kalau Tuan Lee melihat orang mati
“Tentu saja.. Aku bisa melihat, mendengar, dan bahkan berkomunikasi dengan mereka. Ini semua karena kekuatan misterius dari dewi yang kulayani.” Ucap Tuan Lee. Nyonya Jang bingung mendengar “Dewi”
“Kalau begitu, bisakah kau menemui mendiang pamanku? Dia sangat menyayangiku saat masih hidup.” Kata Nyonya Jang Tuan Lee memikirkan tentang Paman Nyonya Jang.
“Beraninya kamu berbohong di depanku, dasar wanita licik? Apa Kau tahu sedang bicara dengan siapa? Beraninya kamu membohongiku dengan mulut kotormu itu?” teriak Tuan Lee seperti kerasukan. Nyonya Jang dan Tuan Lee kaget.
Mereka pun keluar dari “Ruang Investigasi” Sung Woong pun pamit pergi dengan Tuan Lee dan akan menghubungi lagi. Tuan Lee pun berjalan dan tiba-tiba seperti merasakan sesuatu, lalu menjerit ketakutan sampai terjatuh. Sung Woong dan Nyonya Jang melihatnya bingung.
“Ada apa dengannya?” tanya Sung Woong heran dan semua orang yang ada di dalam ruangan pun langsung keluar.
“Kakiku sakit.” Ucap Tuan Lee sepert kerasukan hantu wanita, Semua panik karena ada hantu wanita?
“Aku harus menemui ibuku… Tapi kakiku sangat sakit dan aku tidak bisa berjalan… Ibu!” jerit Tuan Lee. Sung Woong meminta agar Tuan Lee tenang.
“Kau akan baik-baik saja. Aku akan membantumu.” Kata Sung Woong. Yoon Jin melihat dengan Min Ho mengajak pergi karena ketakutan.
Di depan kamar 309 dan terlihat kosong tanpa berpenghuni.
“Cabang Jinyeong punya sejarah lain yang aneh. Itu berkaitan dengan ruang 309 yang terletak di Departemen Kriminal Dua. Selama lima tahun terakhir, pemilik ruang 309 berganti 11 kali.”
“Tapi yang mengejutkan adalah setelah bekerja di kantor 309, mereka bersebelas berhenti bekerja sebagai jaksa. Mereka juga melarikan diri.”
Sung Woong menceritakan Nyonya Jang mencoba mengetes Tuan Lee, tapi itu menjadi bumerang menurutnya pria itu tidak main-main. Yoon Jin mengartikan kalau Tuan Lee itu mendadak kerasukan. Sung Woong membenarkan.
“Kudengar dahulu tempat ini adalah pemakaman.” Kata Tuan Hong. Jung Woo tak percaya mendengarnya.
“Apa Kau tidak tahu? Lokasi sial yang dahulunya pekuburan harus digantikan dengan energi kuat seperti kantor kejaksaan. Jika tidak, akan terjadi bencana.” Jelas Yoon Jin
“Apa itu artinya ada hantu di cabang kita?” tanya Jung Woo. Tuan Hong pikir sulit mengatakan tidak ada hantu.
“Apa Maksudmu ada atau tidak?” kata Jung Woo penasaran. Sun Woong mengaku ada.
“Gadis yang memakai sepatu hak tinggi.” Ucap Sun Woong, Semua melonggo ketakutan, Yoon Jin ingin tahu apa maksud ucapan Sun Woon itu
“Apa Kalian tidak tahu? Kurasa sekitar lima tahun lalu. Ada kasus seorang gadis berusia sekitar delapan tahu menghilang dengan sepatu hak tinggi milik ibunya. Empat hari kemudian, sepatunya ditemukan di dekat tanggul laut, tapi gadis itu tidak ditemukan.” Ucap Sun Woong.
Semua menjerit tak percaya. Sun Woong memberitahu sepatu hak tinggi itu satu-satunya barang bukti Jadi, polisi tidak tahu siapa penculiknya dan Kasus itu belum terpecahkan.
“Tapi jaksa yang menangani kasus itu menggunakan ruang 309. Tiap kerja lembur, dia selalu mendengar suara itu.”
Jaksa sendirian di ruangan melihat berkas “Kasus Anak Hilang” lalu tiba-tiba merasakan sesuatu di lorong kantornya.
“Dari ujung lorong, dia bisa mendengar suara seseorang mendekat perlahan menuju ruang 309. Suara sepatu hak tinggi…”
Semua langsung menjerit ketakutan, Tuan Hong mengeluh Yoon Jin yang berteriak terlalu berlebihan. Yoon Jin memberitahu tentang cenayang itu bilang, “Kakiku sakit.” Ia merasa kalau itu hantu sepatu hak tinggi. Semua langsung membenarkan.
“Lalu apakah anak itu tewas?” tanya Tuan Hong. Yoon Jin pikir Mungkin sebabnya dia menjadi hantu dan kembali kemari.
“Mungkin dia menyimpan dendam.” Ucap Sun Woong. Jung Woo pikir Ruang 309 adalah ruang terburuk.
“Kisah yang sungguh seram, sedih, dan malang. Tapi kalian tahu apa yang seram, sedih, dan malang?” kata Min Ho. Semua langsung mendekat dan peasaran.
“Ruang 309 telah kosong selama beberapa bulan, tapi kalian bergosip tentang hantu seperti ini tanpa merasa khawatir.” Ucap Min Ho.
Semua hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Bahkan Sun Woong berpura-pura mengeluh sup ini asin.
Di rumah, Sun Woong mencari keyword “Kemampuan gaib cenayang” dan “Hasil Pencarian” bentuk dengan gambar-gambar yang menakutkan. Ia pun ketakutan saat melihat dari depan pintu seperti ada seseroang, ternyata Tuan Hong masuk rumah. Sun Woong pun bernafas lega.
“Kau sudah pulang… Astaga. Birnya sudah mau habis.”ucap Tuan Hong membuka kulkas.
“Kalau begitu, belilah… Jangan datang dengan tangan kosong dan menyambar kulkas.” Kata Sun Woong.
Saat itu datang seorang pria dengan kacamata masuk ke dalam rumah, Di kantor ia selalu menyapa dengan menyebutkan tugas dan namanya yaitu Penyidik Lee Jung Hwan seperti terus berganti-ganti partner.
“Ini Penyidik Lee Jung Hwan. Tiap kali jaksa baru datang ke ruang 309, dia dipindahkan ke sana sebagai penyidik.”
“Kau sudah pulang. Aku datang karena mendengar suara kaleng bir dibuka.” Kata Jung Hwan mengambil bir dalam kulkas.
“Tidak bisakah kamu memakai celana panjang? Bagaimana jika ada yang melihatmu?” komentar Sun Woong melihat Tuan Hong hanya mengunakan celana pendek.
“Lagi pula, hanya kita yang ada di sini. Karena kita berkumpul di sini, mari bersulang.” Kata Tuan Hong. Semua pun langsung bersulang.
Tuan Hong lalu menganti berita di TV, sebuah drama tentang jaksa yang mengaku ini akan mencegah dia menjadi menteri lalu memberikan USBnya. Si pria mengaku bangga dan akan memercayai Jaksa Kim seperti biasanya.
“Apa itu? Drama tentang kejaksaan lagi?” keluh Tuan Hong. Sun Woong melihat drama hanya bisa tertawa mengejek.
“Mungkin ada dua tipe jaksa di kepalamu. Pertama, jaksa yang telah menjadi budak kekuasaan.”
Tuan Hong menganti channel seorang reporter sedang melaporkan adlam ruang sidang “Menurut dokumen yang disediakan pihak penuntut, hakim dan jaksa yang menangani kasus ini…Sidang akan segera dimulai.”
“Jaksa lainnya adalah orang suci yang melawan kejahatan di masyarakat.”
Sun Woong terdiam saat melihat sosok wanita berdiri di podium. Wanita itu memberitahu ia adalah Jaksa Cha Myung Ju dari Unit Khusus Dua yang bertanggung jawab atas penyelidikan Yayasan Berkat.
“Aku di sini menggantikan Wakil Kepala Jaksa Woo Min Jae Yayasan Berkat telah.” Ucap Myung Ju
“Apa Cha Myung Ju memimpin pertemuan? Di mana bosnya?” kata Tuan Hong. Sun Woong mengeluh kalau tak mungkin tahu.
“Pada penipuan asuransi ini, total kerugiannya mencapai 200 juta dolar. Dan jumlah biaya medis telah dibesar-besarkan untuk…” kata Myung Jun.
“200 juta dolar? Apa kerugian pada kasus dukun itu?” tanya Tuan Hong. Sung Woong menjawab Dua ribu. Tuan Hong memastikan lagi. Sung Woong menjawab Dua ribu dolar.
“Seperti inilah sebagian besar jaksa.”
Jung Woo baru saja datang, Semua menyapa Jung Woo yang baru pulang. Tuan Hong mengajak Jung Woo agar minum bersama mereka. Jung Woo mengeluh tolong jangan ganggu saat ada di rumah lalu masuk ke dalam kamar. Tuan Hong mengeluh melihat tingkah Jung Woo lalu bertanya apakah Sun Woong masih tidak tahu kode aksesnya
“Aku berusaha. Kita tonton acara lucu saja dan tertawa sekeras mungkin. Siapa tahu Pak Kim akan penasaran dan keluar?” kata Sun Woong.
“Baiklah. “Men on a Mission”. Tapi Kapan kita harus tertawa?” ucap Tuan Hong bingung melihat tayangan Knowing brother.
Sun Woong mulai tertawa walaupun tak mengerti, Semua sengaja ikut tertawa keras. Sementara di kamar Jung Woo terlihat galau menatap ponselnya, saat melihat seseorang yang menelp dan langsung mengangkatnya dan mengaku mendapat nomornya dari Dosen Jeong.
“Ye Rim, aku menyukai suaramu… Kamu punya waktu akhir pekan ini? Sabtu ini.” Kata Jung Woo penuh semangat.
“Pekerjaan Jaksa tidak istimewa.”
Tuan Hong duduk melemaskan otot tanganya yang kaku tapi tanganya malah kram. Dua anak buahnya hanya bisa mengelengkan kepala lalu membantu memijit dan memberikan semportan penghilang rasa sakit.
“Kami lebih sering terjebak di ruang 33 meter persegi ini. Kami bertarung dengan banyak tersangka, korban, dan saksi.”
Yoon Ji bertemu dengan pria yang terlihat marah karena ini berbeda dari perkataanmu kepada polisi. Ia tak percaya pria itu berani melakukan padanya karena tampak baik.
“Dan kami kewalahan dengan tumpukan dokumen besar sepanjang waktu. Tapi beberapa dari kami bersaing dengan sesuatu yang sangat berbeda.”
Jung Woo menatap ke arah meja Sun Woong yang penuh dengan berkas kasus sampai kepalanya tak terlihat.
Di Ruang Rapat Min Ho, Min Ho mengatakan Seperti yang mereka tahu, Departemen Kriminal Dua punya lebih banyak kasus tidak terpecahkan daripada Departemen Kriminal Satu pada bulan lalu. Ia merasa anak buahnya itu berpikir makin banyak, makin baik.
“Kenapa ada banyak kasus yang lebih lama dari tiga bulan? Apa Kalian membentuk semacam ikatan dengan mereka? Apa Kalian tidak mau melepasnya?” ucap Min Ho membuat semua hanya tertunduk diam
“Tidak berakhir di sana. Kita memiliki sejumlah kasus terkenal peringkat dua dan kasus autopsi. Sebagai tambahan, jumlah anggota staf kita tertinggi kedua. Karena kita Departemen Kriminal Dua, haruskah kita selalu berada di posisi kedua?” keluh Min Ho
“Akankah departemenku berada di posisi pertama? Akankah? Jawab aku.” Kata Min Ho. Semua menjawab “Ya”
Min Ho pikir sudah cukup untuk rapatnya dan akan memulainya, Jung Woo pun berdiri. Tuan Hong mengangkat tangan kalau menyarankan makan pasta. Min Ho memastikan kalau yang dimaksud kedai pasta Italia di persimpangan.
“Ya, kedai pasta Italia.” Ucap Tuan Hong, Min Ho mengerti dan menyuruh berikutnya seperti meminta mereka menyarankan restoran yang bagus
“Bagaimana dengan Kedai Bibi?” kata Yoon Ji. Jung Woo pun menuliskan Kedai Bibi. Jung Woo pikir akan memilih itu.
“Kita akan mengambil suara nanti. Kenapa kamu belum mengerti?” keluh Min Ho dna bertanya apa ada lagi?
“Sup Belut Nenek.” Kata Sun Woong mengangkat tangan, semua hanya bisa mengeluh mendengarnya. Jung Woo pun menuliskan Sup belut.
Di sebuah kedai sup belut, sangat ramai dan penuh. Semua orang mondar mandir bahkan yang mengantri pun sibuk mengobrol. Jung Woo sampai harus berdiri karena banyak yang lalu lalang dibelakangnya. Min Ho pun terdesak karena ada orang yang mendorong bangkunya dari belakang.
“Tidak bisakah kau memesan tempat?” keluh Min Ho iri melihat ada yang makan di ruangan duduk di bawah tanpa terganggu orang yang lalu lalang.
Saat itu Min Ho menerima telp dari Kepala dan terlihat kaget lalu mengucapkan terima kasih dan menutup dengan wajah sedih. Tuan Hong dan Sun Woong ingin tahu ada apa. Min Ho memberitahu kalau Ada orang baru. Keduanya pun terkejut.
“Akhirnya? Itu bagus.” Ucap Sun Wong dan mengucapkan Selamat begitu juga Tuan Hong
“Lagi pula, tidak ada yang bertahan lebih dari sepekan” komentar Jung Woo. Sun Woong langsung menendang kakinya. Jung Woo pun hanya bisa terdiam. Min Ho hanya diam saja dan menyuruh mereka makan saja.
Min Ho melamun di kantor kejaksaa teringat dengan Tuan Lee seperti kerasukan hantu wanita mengatakan “Kakiku sakit.” Lalu cerita Sun Woong yang menakutkan “Tiap kali kerja lembur, dia selalu mendengar suara itu. Dari ujung lorong, dia bisa mendengar suara seseorang mendekat perlahan menuju ruang 309. Suara sepatu hak tinggi…
“Apakah karena itu orang-orang terus berhenti?” ucap Min Ho seperti sangat frustasi memikirkanya.
Seorang wanita masuk memberikan majalah “Momen terbaik Jaksa” Nyonya Jang bingung kenapa memberikan itu padanya. Mi Ran hanya menunjuknya. Nyonya Jang pun bertanya apakah Sun Woong ada di majalah itu.
“Aku hampir lupa… Itu Asisten Sung Mi Ran.”
Sun Woong yang baru masuk mendengarnya kalau ada ia dalam majalah itu. Nyonya Jan menunjuk foto Sun Woong yang kecil sementara dibagian depan ada foto Cha Myung Joo saat diwisuda. Ia pun tak pecaya Mi ran bisa menemukan wajah Sun Woong yang kecil.
“Mustahil untuk mengetahui apa yang dia pikirkan.” Mi Ran duduk lalu merobek kertas dengan cutter lalu tersenyum bahagia entah apa yang dilakukanya.
“Asisten Sung Mi Ran Dia hanya mengucapkan dua kata per hari”
Saat itu telp berdering, Nyonya Jang pun menjawab “Cabang Jinyeong, Departemen Kriminal Dua. Lalu terlihat kaget dan berkata semoga tidak terluka parah. Sun Woong yang mendengarnya ingin tahu Apa yang terjadi.
Sung Woong masuk ke ruangan rawat inap lalu bertanya apakah Bu Park Jung Nam di sini. Seorang pria menyapa Sun Woong yang datang. Sun Woon pun menyapa Nyonya Park yang terbaring dengan tangan di gips dan memberikan minumna pada anaknya.
“Sudah kubilang aku enggan datang. Kau memohon kepadaku dengan putus asa. Jadi, aku merasa tidak enak dan berubah pikiran. Tapi kau lihat apa yang terjadi?” Ucap Nyonya Park
“Maafkan aku… Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Sun Woong penasaran.
“Sebuah mobil tiba-tiba muncul. Dia terjatuh saat berusaha menghindarinya.” Kata anaknya.
“Astaga. Itu pasti membuatmu takut.” Ucap Sun Woong simpati. Nyona Park pikir dugaanya benar.
“Siapa pun yang mencoba menyakiti Sun Cheol akan mendapat masalah. Apa Kau mengerti?” keluh Nyonya Park
“Itu tidak masuk akal. Aku selalu menghina cenayang itu. Bukankah seharusnya aku sudah mati?” kata Anaknya. Nyonya Park langsun memukul anaknya yang berani mengatakan itu.
“Ibu bicara omong kosong. Ibu terobsesi. Ibu punya masalah.” Keluh sang anak. Nyonya Park meminta anaknya berhenti bicara.
“Pak, aku mau kamu pergi. Apa kamu tahu? Aku tidak tertarik menggugat dia atau semacamnya. Tolong jangan datang atau meneleponku lagi.” Ucap Nyonya Park. Sun Woong hanya bisa melonggo bingung. Anaknya pun tak percaya ibunya mengatakan hal itu.
“Sayang sekali… Meskipun kau mencabut gugatan, kejahatan seperti ini bisa dihukum terlepas dari kehendak korban. Pertama, kami harus menyelidiki apakah dia melakukan pelanggaran.” Kata Sun Woong
“Apa yang dia katakan?” keluh Nyonya Park tak mengerti. Sung Woong mempersingkat kalau Nyonya Park tidak bisa membatalkan gugatannya.
“Ibu harus bagaimana sekarang? Selesaikan ini. Ibu tidak mau mendekati kantor kejaksaan. Inilah yang dikatakan cenayang itu. Dia bilang ada hantu jahat bergentayangan di kantor kejaksaan. Kau lebih baik pergi dari situ jika tidak mau mengalami masalah. Pergilah sekarang. Aku perlu istirahat.” Kata Nyonya Park marah
“Baiklah… Semoga kau cepat sembuh. Aku akan meneleponmu.” Kata Sun Woong. Nyonya Park melarang Sun Woong berhenti meneleponnya.
“Bagaimanapun juga, aku tidak akan datang…” tegas Nyonya Park. Sung Wooong mengerti dan meminta maaf tapi akan tetap meneleponnya.
Sung Woong pun akhirnya keluar ruangan dengan wajah kecewa. Anak Tuan Park mengantarnya keluar. Sun Woong mengeluh Nyonya Park itu begitu memercayai Lee Sun Cheol. Anak Nyonya Park memberitahu kalau Lee Sun Cheol memprediksi beberapa hal dengan akurat.
“Sekitar tiga tahun lalu, seorang pencuri masuk ke rumah kami, dan Sun Cheol sudah meramalkannya. Tahun lalu, ada kebakaran di ladang kami. Dia sudah memprediksi dan menyuruh kami berhati-hati.” Kata Anak Nyonya Park
“ Itu cukup menarik.” Komentar Sung Woong sambil menunggu lift. Anak Nyonya Park merasa bukan seperti itu
“Ibuku sering diramal. Beberapa ramalan kebetulan terjadi.” Kata Anak Nyonya Park. Sung Woong mengerti
“Omong-omong, Apa pencurinya sudah tertangkap?” tanya Sun Woong. Si anak menjawab tidak.
“Seseorang membobol rumah kami, tapi tidak banyak yang dicuri. Jadi, kami tidak melakukan apa pun.” Jelas si anak. Sun Woong mengerti.
“Bagaimana kebakaran bermula di ladangmu?” tanya Sun Woong. Si anak juga tak tahu kalau Mungkin ada yang membuang puntung rokok di sana.
“Tunggu. Kau bilang, ibumu terjatuh saat berusaha menghindari mobil?” kata Sun Woong. Si anak membenarkana. Sun Woong pun menganguk mengerti.
Nyonya Jang melihat Sun Woong sudah kembali dan bertanya Apakah wanita itu terluka parah. Sun Woong sambil membaca berkas memberitahu kalau Nyonya Park bilaang tidak mau mendekati kantor mereka mengira dirinya terluka karena hantu.
“Dia ketakutan.” Cerita Sun Woong. Nyonya Jang bertanya Apakah Sun Woong percaya pada hantu?
“Seperti yang mungkin kamu tahu, kita mendengar beragam kisah saat bekerja di kejaksaan. Adakalanya roh korban muncul di mimpi jaksa dan mengatakan di mana dia dimakamkan. Aku sudah mendengar banyak kisah dari tiap cabang sehingga aku mulai percaya pada hantu” ucap Sun Woong
“Tapi lucunya, beberapa hantu bisa ditangkap. Bisakah kau mengumpulkan rekaman kamera pengawas dari lokasi pada hari kecelakaan Park Jung Nam?” kata Sun Woong. Nyonya Jang menganguk mengerti.
“Ayo tangkap hantu ini.” Kata Sung Woong. Nyonya Jang tersenyum bahagia.
Di ruangan, Seorang peramal sedang berbicara dengan hantu. Min Ho mengunakan kacamatanya duduk menjauh seperti ketakutan. Akhirnya si peramal memberitahu di tempat kerjanya ada wanita menakutkan bahkan melihat dia memakai sepatu hak tinggi.
“Masalahnya, dia suka sendirian. Jadi, tiap ada yang datang ke ruangan itu, dia mengganggu dan mengusir mereka.” Kata Si peramal
“Lalu aku harus bagaimana?” tanya Min Ho bingung. Si peramal menyuruh Min Ho mengambil jimat kertas ini dan menempelkannya di ruangan itu diam-diam.
“Jadi, Apa tempelkan saja di ruangan itu diam-diam?” tanya Min Ho
Akhirnya Min Ho masuk ke ruangan 309, lalu memberanikan diri menempelkan jimat dengan lem. Ia lalu berjalan keluar dan teringat ucapan si peramal “Satu hal lagi. Setelah menempelkannya, kau tidak boleh berbalik meskipun kau mendengar suara aneh apa pun.”
Min Ho mendengar suara sesuatu teringat terus perintah Peramal “ Jangan pernah menengok ke belakang.” Akhirnya Ia bergegas masuk ke dalam lift dan makin mendengar suara saat akan berbalik teringat kembali suara Peramal “ Jangan berbalik apa pun yang terjadi.” Tanpa menoleh belakang pun langsung menekan lift.
Min Ho dan Jung Hwan sudah ada didepan pintu mengedornya menyuruh mereka keluar karena harus menjemput orang baru. Tapi tak ada sahutan, Min Ho heran kalau ini hari yang penting dan bertanya-tanya kmana mereka pergi
Sun Woong sedang pergi ke tempat pancing lain, sementara Jung Woo pergi ke terminal bus sambil menelp memberitahu kalau baru sampai dan menanyakan keberdaanya lalu melihat bus nomor 11 Cheonil Express.
“Halo… Senang bertemu denganmu. Silakan turun.” Sapa Jung Woo pada wanita yang bernama Ye Rim saat berada di depan pintu. Ye Rim pun tersenyum melihat Jung Woo
“Kau pasti lelah… Terima kasih sudah datang.” Kata Jung Woo penuh semangat. Ye Rim mengaku memang agak lelah. Jun Woo pikir Lalu lintasnya macet Ye Ri mengaku Tidak apa-apa dan berjalan meninggalkan terminal.
Seorang pria terlihat kebingungan sambil menelp saat itu Min Ho dan Jung Hwan datang. Mereka menyapa pegawai baru yang datang dari Seoul dengan memperkenalkan diri lebih dulu.
Min Ho mengemudikan mobilnya, si pria duduk disampingnya melihat hari yang indah. Min Ho pun bertanya apakah pria itu sudah menikah. Si pria terlihat gugup dan menganguk. Min Ho bertanya lagi apakah punya anak. Si pria menganguk lagi.
“Astaga, kukira kau bujangan.” Kata Min Ho memuji. Si Pria malu merasa tak seperti itu.
“Kau tinggal di mana?” tanya Min Ho. Si pria menjawabtinggal di Seoul. Mereka pun
menyebrangi jembatan terbesar Junyeong.
Min Ho seperti mengajak Si pria tentang Junyeong ke tempat galangan kapal dahulu ada di sana dan pergi ke tempat lain yang sangat terkenal. Si pria melihat tempat dengan lantai kaca merasa Terlihat baru dan mereka pun langsung selfie.
Jung Woo juga mengajak Ye Rim ketempat yang sama, Ye Rim terlihat bahagia melihat pemandangan yang bagus. Min Ho pun mengajak si pria ke pasar dengan memperlihatkan hasil laut yang bagus dengan bertanya berapa harganya.
Sementara Jung Woo membawa si wanita ke pameran lukisan. Ye Ri mengaku selalu ingin datang ke sin dan mengucapkan Terima kasih banyak sudah mengajaknya ke tempat itu. Jung Woo tersenyum tapi beberapa saat kemudian menguap karena tak begitu suka lukisan.
Jung Woo mengajak Ye Rim ke sebuah restoran dengan pemandangan dimalam hari dengan bangga kalau ini pasti luar biasa. Ye Rim menganguk. Jung Woo memberitahu kalau ini restoran perpaduan terpopuler di Jinyeong.
“Pemandangannya indah, bukan?” ucap Jung Woo bangga. Ye Rin membenarkan kalau pemandangannya menakjubkan.
Sementara di lantai atas, Min Ho mengajak si pria dalam restoran lesehan mengucapkan terimakasih sudah datang jauh kemari karena pasti sibuk. Si pria pikir tak masalah karena senang mencari udara segar.
“Ini restoran sashimi terpopuler di Jinyeong. Tempat ini sangat populer. Lepaskan jaketmu.” Kata Min Ho. Si pria pun melepaskan jasnya.
“Kau suka sashimi, kan?” ucap Min Ho memastikan. Si pria menganguk. Min Ho memberitahu Sashimi di sini meleleh di mulutnya.
Mereka mulai makan, Si pria berkomentar rasan Enak sekal dan Luar bias dan mengajak bersulang. Min Ho mengucapkan Terima kasih sudah datang sementara si pra mengucapkan terima kasih sudah menemaninya. Min Ho pun menawarkan pria itu lobster ini.
“Terima kasih. Akan kucoba.. Tapi Pak, aku harus ke toilet.” Ucap Si Pria. Min Ho pu mempersilahkan.
“Dia pasti mengidap sindrom iritasi usus.” Komentar Jung Hwan. Saat itu Min Ho mengeluarkan jimat dari saku celanya.
Ia teringat yang dikatakan si peramal “Sedangkan jimat ini harus ditaruh di dalam jaket orang baru. Itu akan membuatnya tinggal di Jinyeong selamanya.” Min Ho berjalan akan menaruh dalam jaket, tapi pria itu datang. Min Ho melongo kaget.
“Apa? Apa yang kau lakukan, Pak?” kata si pria. Min Ho berpura-pura hanya mencoba memeriksa labelnya.
“Jaket ini sangat bagus. Kainnya luar biasa Kau sangat modis. Astaga, keren sekali.” kata Min Ho. Si pria Terima kasih lalu mengambil jasnya lalu pergi.
Di lantai bawah Jung Woo membahas kalau Dosennya, Maksudnya paman Ye Rim selalu menyayanginya sejak masih kuliah. Ye Rim seperti baru mengetahuinyanya. Jung Woo bertanya apakah Ye Rim mendengar sesuatu tentangnya. Ye Rm mengaku tidak ingat apa pun.
“Aku dikenal sebagai mahasiswa hebat selama masa kuliah. Semua dosenku selalu berkata, “Pria sepertimu harus menjadi jaksa.” Kata Jung Woo bangga
“Aku ingat pamanku menceritakan kisah menarik.” Ucap Ye Rim. Jun Woo ingin tahu kisah apa yang dimaksud.
“Saat dia masih menjadi jaksa, cabang paling selatan tempat dia bekerja berada di Daejeon. Dia bilang cabang itu adalah tempat untuk menunjukkan kemampuan. Khususnya saat masih baru, hanya nilai yang menjadi ukuran.” Kata Ye Rim
“Peringkat lima besar akan masuk ke Kejaksaan Pusat Seoul. Setelah itu, masuk Cabang Timur, Selatan, dan Barat di Seoul. Lalu apa pun di luar Seoul… Dia bilang, makin rendah nilai kita, kita akan makin jauh dari Seoul.” Kata Ye Rim
“Andai saja aku tidak melakukan kesalahan saat mengisi jawaban.” Ucap Jung Woo sedih
“Jung Woo… Kamu cukup manis… Kau bukan sekadar kutu buku.” Puji Ye Rim, Jung Woo pikir seperti itu dan mereka pun langsung bersulang.
Min Ho mengantar si pria keluar dari restoran, Si pria mengucapkan terima kasih atas makanannya, Si pria juga mengaku senang ini sesuai dengan seleranya dan sekarang bisa sering menyantap makanan seperti ini. Si pria hanya tersenyum.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita melihat-lihat kediaman kita, dan melanjutkan babak kedua?” ucap Min Ho penuh semangat.
“Tidak, terima kasih. Aku akan melihat-lihat dan pergi nanti.” ucap S pria. Min Ho bingung karena sebaiknya ikut dengan mereka.
“Pak, kau mungkin membuatnya tidak nyaman.” Bisik Jung Hwan. Min Ho mengerti lalu mempersilahkanya untuk melihat-lihat.
“ Kami akan ke rumah dinas.. Sampai nanti.”kata Min Ho melihat si pria pergi tapi akhirnya langsun memanggilnya kembali.
Min Ho menatap si pria sambil memegang bahunya mengaku senang bertemu dengannya lalu memeluknya mengaku menyambutnya dengan tulus di Jinyeong sambil memasukan jimat ke dalam saku celana. Si pria bingung tapi Min Ho menutupinya dengan menepuk erat pundaknya.
“Tangan lebih cepat dari mata.” Bisik Jung Hwan bisa melihatnya. Min Ho menyuruh Jung Hwan diam saja dibanding mengejeknya.
Di dalam mobil, Min Ho ingin tahu pendapat Jung Hwan apakah firasatnya bagus kali ini. Jung Hwan menganguk dan yakin akhirnya kita bertemu dengan pemilik sejati ruang 309. Min Ho dengan bangga kalau tadi itu sangat genius.
“Tanganmu sangat cepat. Itu sungguh luar biasa.” Ucap Ji Hwan tapi saat itu si pria bisa menemukan jimat dalam saku celana dan langsung membuangnya.
Ye Rim sudah naik bus “Jinyeong ke Seoul” si pria melihat kursi disamping Ye Rim lalu duduk dan mengeluarkan ponselnya.
“Pertama-tama, senang bertemu kalian hari ini.” Tulis Si pria. Ye Rim juga menulskan pesan pada Jung Woo. “Terima kasih sudah mentraktirku makanan enak hari ini.”
“ Aku menikmatinya. Aku senang melihat laut dan menikmati udara segar hari ini.” Tulis Si pria. Jung Woo pulang ke rumah dengan senyuman bahagia.
“Tapi aku mengirim SMS ini dengan penyesalan mendalam. Aku yakin kau akan menemui orang yang jauh lebih baik dariku. Jaga dirimu.” Tulis Ye Rim
“Setelah memikirkannya baik-baik, kurasa ini bukan tempat yang tepat untukku. Terima kasih atas keramahanmu.” Tulis Si Pria.
Min Ho akhirnya membaca pesan dari si pria sambil mengumpat kesal kalau membawanya berkeliling seharian dan mentraktirnya makan tapi berani menolaknya. Jung Hwan pun terlihat kesal.
***
Sun Woong pulang ke rumah dengan alat pancingnya lalu mengeluh melihat Jung Hwan sudah menyiapkan bir di meja, Sung Woong ingin tahu apa yang sedang dilihatnya itu. Jung Woo memberikan ponselnya
“Terima kasih sudah mentraktirku makanan enak hari ini Aku yakin kamu akan menemui orang yang lebih baik dariku. Jaga dirimu”” ucap Sun Woong membaca pesan dari Ye Rim.
“Dia bilang Jaga dirimu”? Bukankah dia baru bertemu denganmu hari ini?Jika mengkhawatirkanmu seperti ini, dia seharusnya tidak mencampakkanmu.” Komentar Sung Woong
“Benar sekali.” ucap Jung Woo tersenyum bahagia. Sun Woong heran kalau Jung Woo tersenyum padahal Ye Rim mencampakkanya.
“Apakah dia mengejekmu? Itu bahkan membuatku marah. Benar, kan?” kata Sun Woong
Jung Woo membenarkan dengan mengunakan bahasa banmal. Sun Woong marah langsung meminting kepala Jung Woo. Jung Woo panik menepuk tangan Sun Woong agar melepaskanya.
Tuan Nam tak percaya kalau orang itu sudah berhenti padahal baru tiba di Jinyeong beberapa jam.Ia pun ingn tahu alasan pria itu berhenti, lau berkomentar kalau ini rekor baru. Tuan Kim dan Min Ho hanya bisa tertunduk diam.
“Pak Cho. Apa kamu membuat kesalahan?” ucap Tuan Nam. Min Ho mengaku tentu saja tidak.
“Dia hanya tidak ditakdirkan menjadi bagian dari kantor kita.” Kata Mn Ho Tuan Kim dengan santai mengartika kalau ini orang ke-12
“Jangan diambil hati. Mari kita pikirkan ini dengan perspektif jangka panjang.” Kata Tuan Kim. Min Ho menganguk mengerti.
“Aku yakin pemilik sejati ruang 309 akan segera muncul. Atau… Kita mungkin akan menjadi pemilik baru ruang 309 Aku sudah lama memikirkan ini. Bagaimana jika mengosongkan ruang itu dan menjadikannya ruang meditasi? .” Kata Tuan Kim. Min Ho bingung
“Kita bisa menggelar beberapa matras yoga di satu sisi. Lalu di sudut lain, kita bisa nikmati teh yang nikmat. Kita juga bisa memutar musik yang menenangkan. Para pegawai Cabang Jinyeong bisa datang tiap kali mereka lelah bekerja dan menggunakannya sebagai tempat untuk memulihkan tenaga.” Ucap Tuan Kim.
“Ruang 309, maksudmu? Apa Kau sungguh membicarakan ruang 309?” kata Min Ho gugup.
“Daripada terus membiarkannya kosong, bukankah itu lebih baik?” kata Tuan Kim. Tuan Nam langsung setuju.
“Sayang sekali jika ruangan itu kosong.” Kata Tuan Nam. Min Ho pkir anggota keluarga baru akan bergabung dengan kami kelak…
“Pak Cho… Di salah satu sisi ruang meditasi aku akan menaruh sepeda statis agar kau bisa berolahraga. Anggap itu sebagai keluarga barumu dan gunakan sesukamu.” Ucap Tuan Kim.
Min Ho ingin bicara tapi Tuan Nam sengaja memuji kalau itu ide yang bagus dan mengaku kalau iri kepadanya.
Di ruangan lain, Sun Woong bertemu kembali dengan Tuan Lee mengucapkan Terima kasih sudah datang meskipun mendadak meneleponnya. Tuan Park mengaku Tidak masalah karena Dewinya memberitahu bahwa akan menerima telepon dari kejaksaan.
“Jadi, aku sudah mempersiapkan diri sebelumnya.” Kata Tuan Lee. Sun Woong mengerti
“Kalau begitu, apakah dewimu memberitahumu kenapa kami meneleponmu?” tanya Sun Woong
“Ya. Kurasa aku tahu kenapa aku kemari. Korban, Bu Park Jung Nam, telah mencabut gugatannya. Itulah yang dikatakan dewiku.” Kata Tuan Lee yakin.
Sun Woong menawarkan secangkir kopi. Tuan Lee memperbolehkan. Sun Woong lalu menceritakan kalau Bu Park Jung Nam terluka parah dan bertanya apakah sudah menemuinya. Tuan Lee menganguk dan berharap dia cepat sembuh dan bahkan menjadwalkan pengusiran setan berikutnya.
“Dia terluka karena kau dan dewimu. Jadi, kuharap kau bekerja sama dalam penyelidikan.” Ucap Sun Woong. Tuan Lee pikir seperti itu.
“Omong-omong, tampaknya dewimu juga bisa berkemudi. Fakta bahwa Bu Park Jung Nam jatuh saat mencoba menghindari mobil terus menggangguku. Jadi, aku memeriksa kamera dasbor dari mobil-mobil yang diparkir di sekitarnya.” Ucap Sun Woong memperlihatkan foto dari blackbox
Saat kejadian Nyonya Park sedang berjalan dan tiba-tiba mobil melaju dengan kencangnya dan membuatnya terluka. Sun Woong bertanya apakah Tuan Lee tahu siapa pemilik mobil itu. Tuan Lee panik mendengarnya. Sun Woo memberitahu Dia adalah sepupunya, Pak Lee Min Cheol.
“Apa Kau tahu Pak Lee Min Cheol menelepon siapa tepat setelah kejadian itu?” ucap Sun Woong
Peramal yang bernama Lee Min Cheol menelp Sun Cheol, melaporkan kalau sudah selesai. Tuan Lee pun memujinya. Sun Woong bisa tahu kalau peramal itu menelepon Lee Sun Cheol.
Flash Back
Nyonya Jang pergi ke kantor polisi sambil memberikan minum ingin tahu Apa tidak ada barang berharga yang bisa dicuri. Polisi menjawab ada tapitidak ada yang hilang.
“Selain itu, kami sedang menyelidiki kasus mencurigakan di lingkunganmu yang berkaitan denganmu mengingat kemungkinan kalian juga berkaitan. Memeriksa semua kasus kecil akan membutuhkan waktu lama.” Ungkap Sung Woong
“Tapi terlepas dari hal itu, kau membahayakan nyawa korban dengan mencoba menabrakkan mobil ke arahnya. Itu adalah percobaan pembunuhan atau konspirasi untuk membunuh. Konon, manusia lebih menakutkan daripada hantu. Kau baru saja membuktikannya.” Kata Sun Woong menyindir.
“Kau akan mendapat masalah karena ini!” ucap Tuan Lee kembali berpura-pura kesurupan.
“Kau sebaiknya berhenti menyebabkan masalah dan menyewa pengacara. Minumlah sebelum dingin. Interogasinya akan memakan waktu. Ayo ke ruang interogasi dan Bawa kopimu.” Kata Sun Woong tak takut. Tuan Lee tak bisa berkata-kata.
“Sepertinya ada kesalahpahaman.” Kata ucap Tuan Lee tapi Nyonya Jang mengajak agar bergegas.
“Kau mungkin menyadari. Sebenarnya, tidak semua jaksa ingin bekerja di Cabang Jinyeong. Jaksa Agung lupa mengunjungi kami tiga kali, dan 12 jaksa baru berhenti dari cabang kami berturut-turut. Tapi itu tidak mengejutkan.”
“Bagaimanapun juga, kami datang ke kantor tiap hari. Apa pun yang terjadi, kami menjalankan tugas. Lagi pula, ini tempat kerja kami, dan Jinyeong juga membutuhkan jaksa.”
Min Ho menatap ruangan 309 yang kosong lalu menghela nafas dan pergi. Sementara di ruangan terlihat sangat sibuk dengan semua kasus yang harus diselesaikanya.
Sun Woong pun hanya sendirian di malam hari mengeluh kalau lelah lalu berpikir akan pulang dan pergi ke toilet, saat itu melihat ada seoran wanita lewat dengan pakaian putih.
“Tapi kemudian… Orang ini tidak ada kaitannya dengan Jinyeong.”
Saat itu Myung Joo berdiri didepan ruangan 309. Sun Woong melihat Myung Joo bertanya-tanya kenapa wanita itu ada di sini. Keduanya pun saling menatap.
[EPILOG]
Seorang memegang “Surat Panggilan” dari kejaksaan. Sun Cheol panik memegangnya.
“Lima tahun lalu”
Seorang pria datang pada Sun Cheol kalau tiap malam, mendengar langkah kaki dari ujung lorong. Ia mendengar Suara sepatu hak tinggi tapi saat keluar, tidak ada apapun di sana.
“Kurasa itu berkaitan dengan kasus yang kuhadapi.” Kata si pria. Sun Cheol bertanya Kasus apa
“Seorang anak hilang saat berjalan memakai sepatu hak tinggi. Sepertinya aku dikunjungi oleh anak itu.” Kata si pria.
“Kamu bekerja di ruang berapa?” tanya Sun Cheol.
Saat itu Sun Chul mengingat ada Ruang 309 lalu menyuruh Min Ho Jangan menoleh ke belakang.